Minggu, 15 Desember 2013

Laporan Pendahuluan Seborrhea

LAPORAN PENDAHULUAN
SEBORRHEA


A.    DEFINISI
Seborrhea adalah radang berupa sisik berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di daerah kepala. Tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi ditempat lain.

Seborrhea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kilit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axila, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritema, edema, serta sekuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.

Seborrhea (Dermatitis seboroik) merupakan kelainan kulit inflamasi di mana telah terbukti adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit yang terkena. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang berlangsung kronik dan kambuhan.

B.     EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.



C.     ETIOLOGI
Penyebab dari sebhorea belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak, oleh karena itu sering ditemukan didaerah kulit yang kaya sebum seperti kulit kepala, wajah, punggung dan badan. Manifestasi seboroik dermatitis yang dipicu oleh jamur ini juga dapat berupa dandruff (pityriasis sicca) yang diduga merupakan tipe non inflamasi dari dermatitis seboroik.

Meskipun jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbaikan setelah pemberian antifungal seperti ketokonazol baik topikal maupun sistemik. Faktor genetik dan lingkungan sekitar mungkin dapat pula sebagai pemicu dermatitis seboroik, disamping faktor hormonal dan imun.

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Ini merupakan dermatitis yang menyerang daerah–daerah yang mengandung banyak glandula sebasea, bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari sebum tidak nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik apabila dibandingkan dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal seharusnya dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang terlihat sebelum puberitas. Ada bukti yang menyebutkan bahwa terjadi status hiperproliferasi, tetapi penyebabnya belum diketahui.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas.Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini diperparah dengan peningkatan keringat. Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor iklim.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik yaitu:
·       Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
·       Infeksi Pityrosporum ovale
·       Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus
·       Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal
·       Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
·       Proliferasi epidermal yang menyimpang
·       Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
·       Imunodefisiensi

D.    PATOFISIOLOGI
Patofisiologi yang sebenarnya belum diketahui secara pasti berdasarkan tempat prediksi. Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea .Selain itu erat kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan ibuknya .Karena itu dermatitis seboroik atau Seborrhea bisa sembuh dalam waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormon tersebut berkurang. Kelainan ini biasanya akan berulang pada dewasa muda.

Beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.

Keadaan ini diperparah dengan peningkatan keringat. Stres emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit Parkinson. Seborrhea juga terjadi pada defesiensi pyridoxine. Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal.

E.     TANDA DAN GEJALA
Sebhorrea  biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.

Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.

Serpihan/Sisik merupakan tanda yang paling mudah dilihat dan paling memalukan. Sisik tersebut adalah tanda bahwa kulit di kepala  rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih cepat. Serpihan-serpihan/sisik berwarna putih dengan berbagai ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut, dapat juga melekat pada baju berwarna hitam favorit anda. Pergantian sel kulit kepala biasanya tidak terdeteksi oleh mata. Namun dengan dipercepatnya proses pergantian ini, menyebabkan timbul ketombe Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah kumpulan dari sejumlah sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah besar, sehingga mudah menjadi perhatian.

Satu tanda lagi bahwa anda berketombe adalah gatal pada kulit kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P.Ovale. Jamur inilah yang menyebabkan timbulnya ketombe dan gatal pada kulit kepala. Kemerahan di sekitar kulit kepala, dapat juga terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau bagian dada.

F.      GAMBARAN KLINIK
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.

Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe:
1.      Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak yang kecil yang kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus (ketombe).
2.      Pytiriasis steatoides: tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak disertai eritema dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit kepala (cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi folikular.

Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis dengan dasar yang eritema dan gatal. Dapat terjadi marginal blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering menutupi kelopak mata. Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan bermanifestasi sebagai Cheilitis Eksfoliativa dimana bibir tampak menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.

G.    PENATALAKSANAAN
Sebhorea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai menyembuhkan, yakni membersihkan dan menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara umum, tetapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.


Penatalaksanaan seborrhea tergantung kepada usia penderita:
1.      Anak-anak
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

2. Bayi
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.



DAFTAR PUSTAKA

Khoirunnisa Endang.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Nuha Medika: Yogyakarta.

Nany Vivian Lilia Dewi,S.ST.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika: Jakarta.

Sudarti, M.Kes. 2010.kelainan dan penyakit pada bayi dan anak.Nuha Medika:Yogyakarta.

Dewi Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Salemba Medika: Jakarta.

Djuanda Adhi, Budimulja Unandar. 2002. Dermatitis Seboroik dan Tinea Kapitis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Hal 93-95, 183-185. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Ismail Sofyan,dkk. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.
Siregar, R. S. 2002. Dermatitis Seboroika, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, hal 104-106. Balai Penerbit EGC: Jakarta.

Sudarti, dkk.,2010, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, nuha medika, jogyakarta.

Yeyeh Ai  Rukiyah ,S.Si.T  & Yulianti Lia,Amd Keb,M.K.M.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Trans Info Media:Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...