BAB 1
A. LATAR BELAKANG
Indonesia
menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan
kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa
telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana
yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana
tidak dilakukan bersamaan dengan pembanguanan ekonomi, dikhawatirkan hasil
pembanguanan tidak akan berarti.
Pendapatan Malthus yang mengemukakan bahwa
pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung,
sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga
pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia
telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap
keluarga, memperlihatkan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan
bangsa diharapkan menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS)
yang berorentasi pada “catur warga” atau zero
population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana
nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia
menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat
dapat menerima hampir semua metode medis teknis keluarga berencana yang
direncanakan oleh pemerintah.
Pemerintah
meluncurkan gagasan baru, yaitu :
1. Keluarga berencana mandiri : artinya
masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkar biru dan
KB lingkar emas.
2. Mengarahkan pada pelayanan metode
kontrasepsi efektif (MKE) : AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap.
B.
TUJUAN PENULISAN
I. Tujuan
Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola
pikir secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta
mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah.
II. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu
melakukan :
a.
Pengkajian
dan menganalisa data pada klien dengan aseptor baru KB IUD.
b.
Merumuskan
diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah pada klien.
c.
Menyusun
rencana kebidanan.
d.
Melaksanakan
tindakan kebidanan.
e.
Evaluasi
asuhan kebidanan.
C.
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam proses
penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode
pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa dan
gejala yang terjadi.
2. Teknik
pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara, pemeriksaan
fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3. Sumber
data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah perkembangan yang panjang sebelum
generasi III dengan keamanan, efektivitas, dan penyulit yang tidak terlalu
besar. Hipocrates telah merencanakan agar pranata ekonomi dan penduduk berjalan
seiring sehingga jumlah penduduk dapat dikendalikan. Hipocrates telah terjadi
kehamilan pada onta. Pengetahuan ini digunakan oleh kafilah dalam perjalanan
panjang di gurun pasir sehingga onta-onta tidak hamil.
Richter dari Polandia 1909 membuat AKDR dari benang sutra
tebal yang dimasukkan ke dalam rahim. Pada tahun 1930 Grafenberg dari Jerman
membuat cincin dari benang sutra dan perak untuk menghindari kehamilan dengan
hasil memuaskan. Pada tahun 1959 Oppenheimer dan Ishimka mengemukakan hasil
yang memuaskan terhadap 1.500 sampai 2.000 wanita yang memakai cincin
Grafenheimer. Otta dari Jepang pada tahun 1959 membuat AKDR dari bahan plastic
dengan hasil yang cukup memuaskan yang disebut Ottaring.
Pengetahuan tentang desinfektan dan sterilitas belum
memuaskan sehingga banyak dijumpai infeksi alat kandungan. Di Indonesia telah
banyak dicoba AKDR generasi kedua seperti spiral Margulis, Lippes Loop, AKDR M
(metal) dengan hasil yang baik. Telah dikembangkan AKDR generasi ketiga yang
mengandung Cu atau hormonal diantaranya Seven cupper, Multiload, Cupper T 380,
Medosa, dan Progestasert (AKDR dengan progesterone. BKKBN menggunakan Cupper T
380 A sebagai standar yang dibuat oleh PT Kima Farma.
2.1.1
Mekanisme kerja AKDR sebagai alat
kontrasepi
Mekanisme
kerja lokal AKDR (IUD) sebagai berikut :
1.
AKDR merupakan benda asing dalam
rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leolosit,
makrofag, dan limfosit.
2.
AKDR menimbulkan perubahan
pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitasi sepermatozoa.
3.
Pemadatan endometrium oleh
leokosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh
makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurang kmampuan untuk melaksanakan konsepsi. Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui
dan masih dalam penelitian.
2.1.2
Keuntungan AKDR (IUD)
Alat
kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia
dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
Keuntungan AKDR (IUD)
adalah :
1. Dapat diterima masyarakat dengan baik.
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis
yang sulit.
3.
Kontrol medis yang ringan.
4.
Penyulit tidak terlalu berat.
5.
Pulihnya kesuburan setelah AKDR
dicabut berlangsung baik.
2.1.3
Kerugian (IUD)
Alat
AKDR bukanlah alat konrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa
kerugian sebagai berikut :
1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in
situ.
2.
Terdapat perdarahan : spotting
dan menometroragia.
3.
Leokorea, sehingga menguras
protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.
4.
Dapat terjadi infeksi.
5.
Tingkat akhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik.
6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan
portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
2.1.4
Kapan waktu untuk memasang AKDR
AKDR
dapat dipasang :
1.
Bersamaan dengan menstruasi.
2.
Segera setelah bersih
menstruasi.
3.
Pada masa akhir puerperium.
4.
Tiga bulan pascapersalinan.
5.
Bersamaan dengan seksio
sesarea.
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage.
7.
Hari kedua-ketiga
pascapersalinan.
2.1.5
Kapan AKDR tidak dapat dipasang
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak dapat
dipasang pada keadaan :
1.
Terdapat infeksi genetalia.
Ø Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
Ø Keadaan patologis lokal : frungkle,
stenosis vagina ; infeksi vagina.
2.
Dugaan keganasan serviks.
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas.
4. Pada kehamilan : terjadiabortus, muda
perforasi, perdarahan, infeksi.
2.1.6 Teknik pemasangan AKDR
Memperhatikan penyulit AKDR, maka pemasangan perlu
mendapat perhatian:
I. Persiapan pemasangan AKDR.
1) Penderita tidur terlentang di meja
ginekologi.
2) Vulva dibersihkan dengan kapas lisol,
betadin, hibiscrub atau lainnya.
3) Dilakuak pemeriksaan dalam untuk
menentukan besar dan arah rahim.
4) Duk steril dipasang di bawah bokong.
5) Speculum cocor bebek dipasang, sehingga
serviks tampak.
6) Serviks-portio dibersihkan dengan kapas
bethadin atau lisol atau lainnya.
7) Dilakukan sodage untuk menentukan
dalam-panjang rahim dan arah posisi rahim.
II. Persiapan dan pemasangan AKDR.
Dikemukakan beberapa
jenis pemasangan AKDR sebagai berikut :
a.
Jenis Lippes loop.
b.
Jenis Cupper T atau Seven Cupper.
c.
Jenis Multiload atau Medusa.
III. Pemeriksaan ulan AKDR.
Setelah pemasangan AKDR
perlu dilakukan control medis degan jadwal :
a.
Setelah pemasangan kalau
dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
b.
Jadwal pemeriksaan ulang :
c.
Satu minggu setelah pemasangan.
d.
Satu bulan setelah pemeriksaan
pertama.
e.
Tiga
bulan setelah pemeriksaan kedua.
f.
Setiap enam bulan sampai satu
tahun.
Untuk
AKDR tanpa bahan aktif Cupper, pemakaiannya dapat berlangsung sampai menjelang
menopause. Sedangkan AKDR
dengan bahan aktif Cupper pemakaiannya tiga sampai empat tahun dan selanjutnya
diganti.
IV. Kapan AKDR dibuka.
Alat kontarasepsi dalam
rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai :
a.
Ingin hamil kembali
b.
Leokorea,
sulit diobati dan peserta menjadi kurus
c.
Terjadi infeksi
d.
Terjadi perdarahan
e.
Terjadi kehamilan mengandung
bahan aktif dengan AKDR.
f.
Cupper T 380 A primadona BKKBN.
Pertimbangan mengapa
BKKBN memilih Cupper T 380 A sebagai primadona :
a.
Teknik
pemasangan mudah, tidak sakit.
b.
Efektivitas tinggi.
c.
Kejadian ekspulsi rendah.
d.
Tidak mudah menimbulkan
perforasi.
e.
Tidak banyak menimbulkan
komplikasi.
f.
Tidak banyak menimbulkan
trauma.
g.
Kembalinya kesuburan berjalan
lancer.
Demikian pertimbangan
BKKBN sehingga menetapkan Tcu 380 A sebagai primadona alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR).
BAB III
tinjauan kasus
A.
Pengkajian Data
Tanggal : Rabu,17 juni
2009
jam :
09.00 WIB
No reg : 109.07
I. Data
subyektif
a.Biodata
Nama
Istri : Ny. S Nama Suami : Tn. E
Umur : 37 Th Umur :
39 th
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : PNS TNI AD Pekerjaan :
Swasta
Penghasilan : Rp.2.450.000 Penghasilan :
Rp.1.500.000
Alamat :
Asrama Pomdam Alamat : Asrama Pomdam V/Brawijaya V/Brawijaya
b.Status Perkawinan
Perkawinan ke : 1
Umur
kawin : 25 th
Lama
Kawin : 12 th
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memakai spiral sebagai alat kontrasepsi.
d. Riwayat Kebidanan
1.) Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari / teratur
Lama : 5 hari
Banyak : 1-2 kotek/hari
Warna : merah
Bau : anyir
Flour albus : tidak
ada
Dismenorhoe : tidak
ada
2.) Riwayat Kehamilan, Persalinan, nifas yang lalu.
Kawin
|
Hamil
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
Kb
|
||||||||
Ke
|
Ke
|
Usia
|
Jenis
|
Penolong
|
Tempat
|
Penyulit
|
Bbl
|
Seks
|
Hidup
|
Mati
|
Asi
|
Penyulit
|
Jenis
|
I
|
I
2
3
|
9 bln
9 bln
9 bln
|
Sptb
spt b
spt b
|
Bidan
Bidan
Bidan
|
Bps
bps
bps
|
-
-
-
|
2.9
Kg
3.2 kg
2.8 kg
|
♀
♀
♀
|
12 th
9 th
6 bln
|
-
|
8 bln
1 th
2 bln
|
-
-
-
|
-
-
spiral
|
3.) Riwayat KB
Ibu
menyatakan ingin menggunakan KB spiral saat ini karena saat ini sedang
menyusui, ibu ingin menggunakan KB yang tidak mengganggu ASI, ibu juga ingin
memakai KB dengan jangka panjang. Sebelumnya ibu tidak
pernah pakai KB apapun.
e.
Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
seperti (hepatitis, TBC), menurun seperti (kencing manis,te), dan menahun
(asthma, jantung), rieayat stroke, epilepsi, tumor jinak / ganas pada payudara,
tidak ada riwayat kanker payudara.
f.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti tekanan darah tinggi, jantung,kencing manis, asthma dan penyakit
menular seperti hepatitis TBC,HIV/AIDS.
g.
Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit mioma uteri, radang pinggul dan vagina. Tidak pernah
mengalami perdarahan yang tidak diketahui sebabnya, tidak menderita tumor /
kanker sistem reproduksi.
h.
Pola kebiasaan sehari-hari
1.)
Pola nutrisi
Makan : 3x/hari,
porsi (nasi, lauk, sayur, buah)
Minum : +
7-9 gelas/hari (air putih, teh)
2.)
Pola eliminasi
BAK : + 6-7x/hari
(konsistensi cair, warna kuning, bau khas)
BAB : 1x/hari
(konsistensi lembek, kuning, bau khas, tidak nyeri)
3.)
Pola aktifitas
Klien
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.
4.)
Pola istirahat
Siang : 14.00-16.00
WIB
Malam : 22.00-04.30
WIB
5.)
Pola sexual
2x/minggu,
tidak ada keluhan.
i.
Data psikologi
Hubungan klien
dengan ibu dan suami baik, suami sangat mendukung ibu untuk menggunakan alat
kontrasepsi, dalam agama yang dianut tidak ada larangan memakai alat
kontrasepsi.
j.
Data sosial dan budaya
Ibu dan suami dari Jawa dan
tidak ada budaya yang mempengaruhi dalam pemakaian alat kontrasepsi apapun.
II. Data Obyektif
a.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran
:
composmentis
Postur
tubuh :
tegak
Cara
berjalan : normal, biasa
Raut
wajah : senang
Tanda-tanda vital
T : 120/80
mmHg
N : 84x/menit
S : 37oC
RR : 20x/menit
TB : 155
cm
BB : 52 kg
b.
Pemeriksaan fisik umum
1.)
Inspeksi
Kepala :
kulit kepala bersih, tidak ada luka,
tidak ada ketombe, bersih, warna rambut hitam
Muka :
simetris,tidak pucat, tidak oedema
Mata :
simetris, bersih, tidak ada konjungtiva,
tidak anemis, palpebra tidak oedema, sklera tidak icterus
Hidung :
simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak
ada polip, tidak ada PHC
Mulut :
simetris,mukosa lembab, tidak stomatitis,
tidak caries, tidak ada gigi palsu, gusi tidak anemis
Telinga :
simetris, bersih, tidak ada serumen dan
purulen
Leher :
simetris,tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada :
simetris,tidak ada retraksi, ada
hyperpigmentasi pada areola, puting susu menonjol, ASI +/+, tidak terlihat
adanya benjolan, puting tidak lecet
Abdoment :
tidak ada luka bekas operasi, tidak ada
benjolan pada perut
Vulva :
bersih, tidak ada sekret, tidak ada
varices, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan bhatolini, tidak oedem,tidak
ada kondiloma akuminata maupun matalata
Anus :
tidak ada hemoroid
Ekstrimitas atas :
simteris, tidak oedema, tidak
varices, tidak ada luka,tidak polidaktil maupun sidaktil
Ekstrimitas bawah : simteris,
tidak oedema, tidak varices, tidak ada luka,tidak polidaktil maupun sidaktil
2.)
Palpasi
Leher :Tidak
ada bendungan vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Perut :Tidak
ada tanda kehamilan, TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada adnexa, tidak
ada benjolan / tumor
Payudara :Konsistensi
lunak, tidak ada benjolan
Ekstrimitas atas : tidak oedem dan varices
Ekstremitas bawah : tidak oedem dan varices
3.) Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
4.) Perkusi
Tidak dilakukan.
c.
Pemeriksaan
dalam
1.) Tidak ada nyeri goyang pada portio
2.)
Pergerakan serviks bebas
3.) Tidak ada tumor / infeksi pada adnexa
4.)
Tidak ada tanda hepar
5.)
Posisi uterus anteplexi
6.)
Tanda chadwik (-)
d.
Pemeriksaan penunjang
1.)
Pemeriksaan inspeculo
2.) Tidak ada lesi / keputihan pada vagina
3.)
Tidak ada sekret
4.)
Tidak ada erosi portio
Kesimpulan
:
Akseptor KB baru
pro IUD.
B. Interpretasi Data Dasar
Dx : Akseptor
KB baru pro pemasangan IUD
DS :
- Ibu
mengatakan ingin menggunakan KB spiral, karena saat ini sedang menyusui
-
Ibu ingin menggunakan KB dalam waktu
yang lama
-
Ibu ingin mengetahui banyak info
tentang KB spiral
DO : - K/U
ibu baik
-
Ibu tampak antusias dan banyak
bertanya tentang KB spiral
-
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 37oC
- Pemeriksaan
dalam : tidak ada nyeri goyang portio, tidak ada tumor, tidak ada tanda
hegar, posisi uterus anteflexi, tidak ada tumor pada kedua adnexa
- Pemeriksaan
inspeculo : tidak ada erosi portio, tidak ada lesi / flour albus, tidak ada
sekret
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan :
- KIE tentang AKDR, efek samping,
keuntungan, kerugian, dan spiral
- Pemasangan IUD
C.
Identifikasi Masalah Potensial
Tidak ada
D.
Indentifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
E.
Pengembangan Rencana
Dx : Akseptor
KB baru IUD
Tujuan : Setelah diberikan
asuhab kebidanan diharapkan ibu menjadi akseptor KB lestari dan tidak terjadi
komplikasi
Kriteria :
- Ibu
jelas mengenai KIE tentang alat kontrasepsi spiral
- Ibu
dapat mengulangi penjelasan tentang KIE alat kontrasepsi spiral yang sudah
diberikan
- Ibu
mau / setuju untuk dilakukan pemasangan alat kontrasepsi spiral
- Ibu
menjadi akseptor KB spiral lestari
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu /
klien dan suami serta keluarga
R/ membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap nakes dan
menjalin hubungan yang kooperatif
2. Berikan kesempatan pada klien
untuk mengemukakan masalahnya
R/ mengurangi ketegangan klien
3. Berikan
penjelasan tentang alat kontrasepsi spiral, efek samping, keuntungan dan
kerugian, kontra indikasi serta cara pemasangan
R/ alih informasi dan memberi kesempatan ibu untuk bertanya bila tidak
mengerti
4. Lakukan informed consent
R/ tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan (tanggung jawab dan
tanggung gugat)
5. Persiapkan alat, pasien,
lingkungan
R/ memudahkan pemasangan dan untuk menjaga privacy klien
6. Lakukan pemasangan IUD secara
benar dan efektif
R/ mencegah infeksi dan efek samping
7. Berikan KIE pasca tindakan
R/ menambah pengetahuan
klien
F. Implementasi
Dx : Calon akseptor KB baru pro IUD
Jam 09.00 wib : Menyapa klien dengan sikap
ramah dan sopan dan memperkenalkan diri. Memberikan kesempatan klien untuk
mengemukakan masalahnya yaitu : ibu saat ini sedang menyusui dan ibu ingin
menggunakan KB dalam jangka waktu yang lama, salah satunya yaitu KB spiral dan
ibu ingin tahu tentang KB spiral
Spiral / IUD / AKDR adalah salah satu jenis alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim ukuran kecil, kerangka dari plastik,
flexibel, berbentuk huruf T diselubugi kawat halus yang dibuat dari tembaga,
sangat efektif, berjangka panjang sampai 40 tahun.
Berfungsi untuk : Mencegah sperma ovum
bertemu, menghambat masuk ke tuba falori mencegah implantasi telur dalam uterus
Efek samping :
- Haid
menjadi lebih lama dan banyak
- Perubahan
siklus haid
- Perdarahan
spotting (antar menstruasi)
- Saat
haid lebh sakit
Kerugian :
- Tidak
mencegah IMS, HIV / AIDS, klien tidak dapat melepas spiral sendiri
- Mungkin
terjadi translokasi, resiko ektopik T
Keuntungan :
- Efektifitas
tinggi, metode jangka panjang 10 tahun
- Tidak
mempengaruhi volume / kualitas ASI, tidak mengganggu hubungan sexual
Kontraindikasi : Hamil / diduga hamil,
perdarahan pervaginam, menderita TBC pelvik, ukuran rongga rahim < 5 cm
Jam 09.10 :
Melakukan informed consent
Jam 09.15 :
Menyiapkan alat :
- IUD
kit terdiri dari (spealvro, tampan tang, tenakulum, sonde uterus, gunting,
iebold)
- IUD
steril (jenis coper T 380 A)
- Duf
steril, obat disenfacton, hands coen steril 1 psu, larutan chlorin 0,5%
- Spatula
oyre dan obyek glass
Jam 09.30 :
Menyiapkan ruangan :
- Lingkungan
tertutup, terdapat lampu penerangan yang menerangi serviks
Menyiapkan pasien :
- Pasien
disuruh membersihkan alat genetalia dengan sabun hingga bersih, dan berbaring
dengan posisi libhokumi dimeja periksa
Jam 09.42 :
Mencuci tangan dengan sabun + air bersih,
setelah itu dikeringkan dengan kain bersih
Jam 09.45 :
Menyiapkan IUD steril, pastikan IUD masih
terbungkus dalam kemasan yang rapat, insenter berada diluar tabung, lengan IUD
diluar, badan IUD didalam, tidak lewat tanggal kadaluarsa, tembaga tidak cacat.
Kemdian letakkan kemasan IUD dipermukaan yang datar, buka kertas penutup 1/3
bagian kemudian angkat kemasan. Kemudian buka seperti mengupas kulit pisang
masukkan inserter kedalam tabung, letakkan ditempat yang datar kemudian
rapatkan kedua lengan IUD, kemudian tabung didorong dengan cara menjungkit
sampai lengan IUD masuk kedalam tabung.
Jam 09.55 :
Memakai sarung tangan baru, pasang speculum
vagina untuk melihat serviks, usap vagina dan serviks dengan larutan antisptik
2-3x dengan deopers yang dijepit tampon tang, jepit portio dengan tenakulum
pada jam 11
Jam 09.58 :
Masukkan sonde uterus dengan tehnik No
Touch Tehnik (tanpa penyentuh dinding speculum dan serviks), tentukan posisi
dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde uterus, ukur kedalaman kavum pada
tabung inserter yang masih dalam kemasan
Jam 10.00 :
Mengukur bekas bejah pada sonde,
disesuaikan dengan ukuran pada kartes pengukur IUD, pegang leher biru dari atas
penutup transparan dan dorong tabung insertor sampai jarak lengan IUD dengan
ujung leher biru sama panjangnya dan batas darah, putar tabung inserter sampai
sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal
Jam 10.15 :
Mengangkat tabung AKDR tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril, pegang tabung AKDR dan posisi bidang biru
horizontal, sementara lakukan tarikan pada tenokulum dengan hati-hati, masukkan
tabung inserter kedalam kavum uterus sampai leher biru menyentuh serviks dan
terasa adanya tekanan
Jam 10.20 :
Tahan tenokulum dan dorong dengan 1
tangan, lepaskan AKDR dengan tehnik With Drawal, keluarkan pendorong buang
ketempat sampah, tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher biru
menyentuh serviks / terasa adanya tahanan
Jam 10.30 :
- Mengeluarkan
sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR + 3-4 cm
- Mengeluarkan
seluruh tabung inserter buang ketempat sampah terkontaminasi
- Melepaskan
tenokulum, dengan hati-hati dan rendam larutan chlorin 0,5% untuk dekonlaminasi
- Memeriksa
serviks dan tak ada perdarahan pad atempat bekas jepitan tenokulum, tekan /
didreg dengan kat selma + 30-60 detik
- Mengeluarkan
speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan chlorin 0,5% didekontaminasi
- Membuang
bahan yang tidak dipakai ketempat yang sudah disediakan
- Celupkan
kedua tangan yang masih memakai sarung tanga ke dalam larutan chlorin buke dan
rendam dalam larutan chlorin 0,5%
- Mencuci
tangan dengan air dan sabun
- Memastikan
klien tidak mengalami kram heboh dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
Jam 10.35 :
- Memberikan
konseling pasca pemasangan
- Mengajarkan
Klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus dilakukan
yaitu dengan melakukan jari tlunjuk dan tengah kedalam vagina untuk meraba
benang pada saat bulan pertama setelah haid
- Menjelaskan
pada klien pada bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
- Menganjurkan
klien untuk melakukan person hygiene yang baik
- Menganjurkan
klien untuk kontrol 1 minggu setelah pemasangan, akhir bulan pertama, akhir
bulan ketiga, akhir bulan keenam, setahun sekali, dan apabila ada keluhan
- Mengingatkan
pad aklien jika spiral ini dilepas setelah 10 tahun pemasangan dan dapat datang
ke klinik setiap saat untuk konsultasi atau jika AKDR ingin dicabut
- Minta
klien untuk menulangi penjelasan yang telah diberikan
Jam 10.40 :
Melakukan pendokumentasian :
- Tanggal
pemasangan
- Jam
pemasangan
- Tempat
pemasangan
- Nama
pemasang IUD dan tanda tangan pemasang IUD
- Nama penderita
yang dipasang IUD
- Jenis
IUD yang dipasang
- Hal-hal
/ kejadian istimesa saat pemasangan kemungkinan terjadi, kesulitan pasien
menolak, atau terjadi kram hebat
perdarahan
Terapi yang diberikan : - Ciprofloxalin 3x 500 mg
- Asam mefenamat 3x 500mg
Memberikan kartu akseptor
G. Evaluasi
Tanggal : 29-07-2008 jam : 10.45 WIB
Dx : Akseptor KB baru pro IUD
Ibu
mengatakan sudah dipasang spiral dan mengerti tentang penjelasan mengenai alat
kontrasepsi spiral.
O : -
IUD jenis CuT 380 A sudah terpasang
- Ibu
bisa menjelaskan kembali penjelasan petugas dan tidak terjadi perdarahan
- K/U
baik
A :
Akseptor KB baru pasca pemasangan IUD
P :
- Jadwal
kontrol 1 minggu lagi
- Ajari
ibu cara mengecek benang IUD
- Datang
sewaktu-waktu ke klinik / konsultasi / bila ada keluhan atau ingin dicabut
BAB IV
P E N U T U P
A.
KESIMPULAN
Setelah penulis
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan Kontrasepsi IUD di Rs TK III
Brawijaya Surabaya. Dapat ditarik beberapa kesimpulan :
a. Dalam melakukan pelayanan kontrasepsi kepada klien
harus mendapatkan KIE secara lengkap mengenai semua jenis kontrasepsi sehingga
klien memahami benar jenis kontrasepsi apa yang akan dipilih.
b. Dalam memberikan suatu pelayanan kontrasepsi
komunikasi antara bidan dengan klien harus dibina secara baik,berikan suatu
kebebasan bagi klien untuk bertanya dan jangan memaksakan kontap apa yang akan
klien pilih,kenyamanan berkomunikasi secara interpersonal memudahkan klien
untuk memilih kontrasepsi secara tepat.
c. Semua tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan
Protap dan sesuai standar pelayanan kebidanan.
B.
SARAN
a. Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya
sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan &
keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang
lain, klien dan keluarga.
b. Bagi klien.
Klien harus dapat
bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan
kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien dapat terpecahkan.
c. Bagi pendidikan.
Tenaga kesehatan yang
berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih memperhatikan & memberikan
bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada umumnya serta supaya melengkapi
buku-buku yang ada di perpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para anak
didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba “ Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan
Keluarga Berencana untuk Pendidik Bidan ”, Penerbit buku kedokteran,
Jakarta : 1998.
Varney,
Helen, “ Buku Saku Bidan “, Penerbit
buku kedokteran, Jakarta : 2001.
Prof. Dr. dr.
Biran Affandi, SpOG “ Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi ”, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo, Jakarta : 2003.
terima kasih.... dapat dijadikan panduan
BalasHapus