Selasa, 25 November 2014

Makalah Pemberian Obat secara Sublingual



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting seorang Bidan adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang Bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara Sublingual, memberikan obat pada pasien dengan meletakkan obat pada bagian bawah lidah.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan pemberian obat secara sublingual
2.      Apa tujuan pemberian obat secara sublingual
3.      Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat
4.      Apa saja komplikasi dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemberian obat
5.      Bagaimana rute pemberian obat
6.      Apa efek samping dari pemberian obat
7.      Bagaimana prosedur pemberian obat
8.      Bagaimana teknik pemberian obat sublingual
9.      Apa saja faktor yang mempengaruhi dosis obat

C. TUJUAN
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan pemberian obat secara sublingual
2.      Memahami tujuan pemberian obat secara sublingual
3.      Mengetahui yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat
4.      Mengetahui komplikasi dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemberian obat
5.      Memahami rute pemberian obat
6.      Memahami efek samping dari pemberian obat
7.      Mengetahui prosedur pemberian obat
8.      Memahami teknik pemberian obat sublingual
9.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi dosis obat

D. MANFAAT
            Agar pembaca terutama tenaga kesehatan mampu memahami bagaimana memberikan obat dengan rute yang tepat sehingga tidak terjadi suatu kesalahan atau kelalaian yang dapat merugikan pasien maupun tenaga kesehatan itu sendiri.




BAB 2
PEMBAHASAN

    A.    Definisi Obat (Sublingual)
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala – gejalanya.
Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Ini berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah. Orang tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai obat itu hilang.
Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. Obat sublingual dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh ditelan. Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai. Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin
    B.     Tujuan Pemberian Obat
Tujuan pembeian obat secara umum yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien.
Tujuan pemberian obat secara sublingual sendirin adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Selain itu, tujuannya untuk memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan menghidari kerusakan obat oleh hepar.

      C.     Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Obat
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanghgup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau gangguan kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya)  harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa 3 kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat. Kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta. Ketiga, saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan kepada pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul atau tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.

4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal dan inhalasi.

5.      Benar Waktu
Ini sangat penting khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau untuk mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat, dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan tentang dosisnya, rutenya, waktu pemberian dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.


    D.     Komplikasi dan Kesalahan dalam Pemberian Obat
Obat memiliki 2 efek yakni terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsiatau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat) dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan memungkinkan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain – lain.
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.
Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semkin meningginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritia dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat.

E.      Rute Pemberian Obat
Pada pemilihan rute pemberian obat, bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan serta kondisi dan mental pasien. Perawat sering terlibat dalam pemilihan rute pemberian obat. Hal itu terjadi karena perawat terlibat dalam perawatan klien secara konsisten.
Ada beberapa rute pemberian obat, disini kami akan membahas pemberian obat sublingual. Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara diletakkan di bawah lidah, kemudian larut sehingga mudah diabsorbsi. Obat yang diberikan secara sublingual tidak boleh ditelan, jika obat ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual yaitu Gliserin.




    F.      Prosedur Pemberian Obat Sublingual
1.      Persiapan Klien
a.       Cek perencanaan Keperawatan klien
b.      Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

2.      Persiapan Alat
a.       Obat yang sudah ditentukan
b.      Tongspatel (bila perlu)
c.       Kasa untuk membungkus tongspatel

     G.    Teknik Pemberian Obat Sublingual
1.      Pelaksanaan
a.       Cuci tangan tujuh langkah
b.      Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ), kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya.
c.       Meletakan obat dibawah lidah
d.      Memberitahu klien supaya tidak menelan obat
e.       Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien
f.       Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
2.      Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah klien tidak menelan obat dan apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya.

3.      Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara sublingual adalah:
a.       Pemberian obat dengan cara ditaruh di bawah lidah.
b.      Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.
c.       Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat misalnya : pada pasien serangan jantung dan juga penyakit asma.
d.      Kekurangannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut.
e.       Hanya untuk obat yang bersifat lipofil.
f.       Bentuknya tablet kecil atau spray,contohnya adalah isosorbid tablet (ISDN)

   H.    Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor – faktor penderita sering kali kompleks karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut dibawah ini didapati sekaligus.
1.      Faktor Obat
·         Sifat Fisika : daya larut obat dalam air/lemak.
·         Sifat Kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
·         Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.

2.      Cara Pemberian Obat Kepada Penderita
·         Oral : dimakan atau diminum
·         Parenteral : subcutan, intramuskular, intravena.
·         Rektal, vaginal, uretral.
·         Lokal, topical.
·         Lain – lain : implantasi, sublingual, intrabukal.

3.      Faktor Penderita
·         Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa.
·         Berat badan : biarpun sama – sama dewasa berat badan bisa berbeda besar.
·         Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormone.
·         Ras : “slow and fast acetylators”
·         Toleransi
·         Obesitas : untuk obat – obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan.
·         Sensitivitas individual.
·         Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat.

    I.       Efek Samping Obat
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh. Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim inipun akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh. Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor – faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui. Beberapa contoh efek samping misalnya :
a.       Reaksi alergi akut karena Penisilin (reaksi imunologik)
b.      Hipoglikemia berat karena pemberian Insulin (efek farmakologik yang berlebihan)
c.       Osteoporosis karena pengobatan Kortikosteroid jangka lama (efek samping karena penggunaan jangka lama)
d.      Hipertensi karena penghentian pemberian Klonidin (gejala penghentian obat)
e.       Fokomelia pada anak karena Ibunya menggunakan Talidomid pada awal masa kehamilan (efek teratogenik)
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dikesampingkan begitu saja oleh karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi misalnya :
a.       Kegagalan pengobatan
b.      Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-induced disease atau iatrogenic disease) yang semula tidak diderita oleh pasien
c.       Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi, memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak ekonomik)
d.      Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.


BAB 3
PENUTUP

     A.    Kesimpulan
Obat merupakan terapi yang digunakan untuk mengobati klien dalam masalah dan setiap obat dapat menimbulkan efek dan reaksi yang tidak diinginkan apabila tidak diberikan sesuai aturan. Pemberian obat yang baik meliputi benar obat, benar dosis, benar klien, benar rute pemberian dan benar waktu. Kelima hal tersebut berpengaruh pada manfaat obat yang akan dirasakan oleh klien sehingga kelima hal tersebut harus diperhatikan dalam setiap pemberian obat kepada klien.
Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Persiapan pemberian obat sublingual meliputi persiapan klien dan persiapan alat. Teknik pemberian obat sublingual meliputi pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.



DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati,Yuni(2007).Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Potter,Patricia A.(2005).Fundamental of Nursing:Concepts,Proses adn Practice 1st Edition.Jakarta:EGC
Katzung,Bertram G.1986.Farmakologi Dasar dan Klinik.Salemba Medika:Jakarta
Ansel,Howard C.1986.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.UI Press:Jakarta
Janoes z.n.2002.Arsprescribendijilid 3. Airlangga University Press:Surabaya
Siswandono dan Bambang Soekardjo.2000.Kimia Medicinal.Airlangga University Press:Surabaya
Hidayat,AAA dan Uliyah,M.(2006),Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Priharjo,Robert.1995.Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat.Jakarta:EGC
L.Kee Joyce & R.Hayesevelyn.1996.FarmakologiPendekatan Proses Keperawatan.Jakarta:EGC

1 komentar:

  1. As stated by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason this country's women get to live 10 years more and weigh 42 pounds less than we do.

    (Just so you know, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING around "HOW" they eat.)

    BTW, What I said is "HOW", not "what"...

    Tap this link to see if this little questionnaire can help you release your true weight loss possibilities

    BalasHapus

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...