Rabu, 24 Desember 2014

Anemia dalam Kehamilan


          Anemia Dalam Kehamilan
1)   Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin kurang dari 11gr % pada trimester I dan III, kurang dari 10,5 gr % pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Prawirohardjo, 2010)
Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb) (Manuaba, 2010).
2)   Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potensial danger to mother and child” anemia (potensial membahayakan ibu dan anak). Kerena itulah anemia memerlukan perhatian serius dan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang (Manuaba, 2010).
Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita subur pada umumnya, karena fungsi kodrati (haid, hamil, melahirkan dan menyusui). Karena itu kebutuhan Fe atau zat besi pada masa hamil lebih relatih tinggi ketimbang kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB dalam anak balita, anak usia sekolah dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah (Depkes RI, 2011).
3)   Mekanisme Terjadi Anemia Gizi Pada Ibu Hamil
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi    besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Meningkatnya volume darah berarti meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sebagai kompensasi tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin. (Wiryana, 2010).
Pada kehamilan, fetus menggunakan sel darah merah ibu untuk pertumbuhan dan perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai banyak cadangan zat besi dalam sumsum tulang sebelum hamil maka pada waktu kehamilan dapat digunakan untuk kebutuhan bayinya. Akan tetapi bila pembentukan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah yang menyebabkan konsentrasi atau kadar hemoglobin tidak dapat mencapai normal sehingga akan terjadi anemia. Keadaan ini dapat terjadi mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan umur 32 sampai 36 minggu (Wiryana, 2010).
4)   Faktor Penyebab Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Manuaba (2010) penyebab anemia pada kehamilan dibedakan menjadi:

(1)     Faktor dari konsumsi makanan
Faktor konsumsi makanan ini akibat dari tidak terpenuhinya beberapa sumber makanan yang terdiri dari sumber protein, glukosa, lemak, vitamin B12, V6, asam folat, vitamin C dan elemen dasar yang terdiri dari Fe, Ion Cu serta Zink.
(2)     Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
(3)     Umur sel darah merah yang terbatas sekitar 120 hari, sementara sumber pembentukan sel darah yang baru berjalan lambat.
(4)     Terjadinya perdarahan kronik seperti gangguan menstruasi, penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita serta parasit usus seperti askariasis, ankilostomiasis dan taenia.
5)   Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehillangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.
Sebagai gambaran banyak kebutuhan zat besi pada kehamilan adalah 900 mgr Fe. Jumlah ini meliputi sebanyak 500 mgr Fe digunakan untuk meningkatkan sel darah ibu. Kemudian 300 mgr Fe terdapat pada plasenta dan 100 mgr Fe untuk darah janin. Jika persalinan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2010).
6)   Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
Kejadian anemia memberi dampak kepada ibu yang sedang hamil besarta bayinya. Pengaruh tersebut menurut Manuaba (2010) meliputi:
(1)  Bahaya selama hamil
Bahasa selama kehamilan ini meliputi dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dan rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini (KPD)
(2)  Bahaya saat persalinan :
Bahaya saat persalinan ini seperti gangguan his–kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum karena atonia uteri dan kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.

(3)  Pada kala nifas
Bahaya anemia pada saat nifat meliputi terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan dan anemia kala nifas.
(4)  Bahaya terhadap janin
Anemia pada ibu hamil juga berpengaruh pada janin yaitu abortus, terjadi kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal dan intelegensi rendah.
7)   Upaya Penanggulangan Anemia Dalam Kehamilan
Dalam rangka menanggulagi masalah anemia tersebut telah diupayakan program-program perbaikan. Program perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah meliputi:
(1)     Peningkatan suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil dengan memperbaiki sistem distribusi dan monitoringnya secara terintegrasi dengan program lainnya seperti UPGK, pelayanan ibu hamil, dll.
(2)     Suplementasi tablet besi kepada anak sekolah remaja putri dan wanita pekerja yang tinggal di daerah miskin sedangkan di daerah lainnya suplementasi berlandaskan kepada kemandirian yang didukung oleh kampaye peningkatan konsumsi tablet.
(3)     Peningkatan KIE untuk meningkatkan konsumsi tablet besi dan bahan makanan alamiah sumber zat besi (Depkes, 2012)
8)   Penggolongan Anemia
Klasifikasi anemia dalam kehamilan digolongkan sebagai berikut:
(1)     Anemia Defisiensi Gizi Besi (kekurangan za besi)
(2)     Anemia Megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
(3)     Anemia Hipoplastik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)
(4)     Anemia Hipolitik (gangguan pembentukan sel-sel darah merah) (Manuaba, 2010)
9)   Kategori Tingkat Anemia
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksanaan Haemoglobin dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pengggolongan Status Anemia Ibu Hamil
Kadar Haemoglobin
Status Anemia
1.         11 Gr%
2.         9-10 Gr %
3.         7-8 Gr %
4.         < 7 Gr %
Tidak Anemia
Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
Sumber: Manuaba (2010)
Pemeriksanaan darah minimal dilakukan dua kali selama kehamilan yaitu pada Trisemester I dan III, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia.

10)     Kebutuhan Zat Besi Dalam Kehamilan
Kebutuhan zat besi menurut triwulan adalah sebagai berikut:
(1)     Pada trimester I, zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/ hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/ hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg.
(2)     Pada trimester II, zat besi yang diberlakukan yaitu 5 mg/hari yaitu dengan kebutuhan basal 0,8/ hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.
(3)     Pada trimester III, zat besi yang diberlakukan yaitu 5 mg/hari yaitu dengan kebutuhan basal 0,8/ hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 223 mg. Maka kebutuhan pada triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan (Almatsier, 2010).
11)     Cara Pencegahan Anemia Kehamilan
Menurut Waryana (2010), cara pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil dapat diuraikan sebagai berikut:
(1)     Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari.
(2)     Istirahat yang cukup.
(3)     Makan makanan yang bergizi dan mengandung Fe, misalnya: daun pepaya, kankung, dagung sapi, hati, ayam dan susu.
(4)     Pada ibu hamil, dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil untuk mendapatkan tablet besi (Fe) dan vitamin lainnya pada petugas kesehatan, serta makan makanan yang bergizi 3 X 1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak
Departemen kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) dengan membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 1 tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. Agar penyerapan besi dapat maksimal, dianjurkan tablet besi dengan air dengan air minum yang telah dimasak. Dengan minum tablet Fe maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang, bila tidak menhilang, berarti yang bersangkutan bukan penderita AGB, tetapi  menderita anemia jenis lain (Depkes RI, 2012).

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...