Asuhan Kebidanan Masa Nifas
"Perubahan Psikologi Masa Nifas"
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas”.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Tumini,SST, M.Kes, selaku dosen pembimbing kami
2.Teman teman
yang sudah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini
Makalah ini
disusun guna memberikan informasi kepada para mahasiswa tentang “Perubahan
Psikologi Pada Masa Nifas”
serta guna memenuhi tugas yang telah dibebankan.
Kami
menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Makalah ini sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga Makalah ini berguna bagi kita semua.Amin.
Kediri, 18 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang.................................................................................. ...... 1
B.Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
C.Tujuan
Penulis.......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas........................................................ 3
B. Fase Adaptasi Psikologi Ibu Nifas.................................................... 3
C. Tujuan Asuhan
Kebidanan Masa Nifas............................................ 7
D. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa
Nifas.................... 7
E. Peran Bidan pada Masa Nifas.......................................................... 8
BAB
III PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................. 9
B.Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa nifas (purperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan
gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami
hal ini. Agar perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami
perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang
penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama
setelah melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik,
terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus
traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur
perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat
perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau
dengan pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli
penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah
persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial
pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal
keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan
serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana adaptasi
psikologi pada Ibu Nifas ?
2.
Apa yang dimaksud
dengan “Taking In” ?
3.
Apa yang dimaksud
dengan “Taking Hold” ?
4.
Apa yang dimaksud
dengan “Letting Go” ?
5.
Apa tujuan asuhan
kebidanan pada masa nifas ?
6.
Bagaimana cara
mengatasi gangguan psikologis Ibu Nifas ?
7.
Bagaimana peran
bidan pada masa nifas ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui adaptasi
psikologi yang terjadi pada Ibu nifas.
2.
Memahami yang
dimaksud dengan “Taking In”.
3.
Memahami yang
dimaksud dengan “Taking Hold”.
4.
Memahami yang
dimaksud dengan “Letting Go”.
5.
Memehami tujuan
asuhan kebidanan pada masa nifas.
6.
Mengerti cara
mengatasi gangguan psikologis ibu nifas.
7.
Memahami peran
Bidan pada masa Nifas.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap
bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang di
perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
merasa tanggung jawab luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”.
Proses
adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita
dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa
nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah.
Hal-hal yang
dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Fungi menjadi orang tua
2. Respon dan
dukungan dari keluarga.
3. Riwayat dan
pengalaman kehamilan serta persalinan.
4. Harapan,
keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.
B. Fase Adaptasi Psikologi Ibu Nifas
Fase-fase adaptasi
psikologi yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain
:
1.
Fase Taking In
Fase ini
merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian ibu
terutama pada bayinya sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari
ini sebagai fase menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan
dan perawatan. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung
selama 2 – 3 hari. Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung
pernyataan Rubin, kecuali bahwa wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase
menerima. Fase menerima yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama
pascapersalinan. Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca persalinan,
wanita sehat yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab
sehari-hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap
kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan.
Pada fase
ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya.
Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan
kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima
pengalaman ini membantu oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya. Kecemasan
dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu.
Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang.
Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules,
nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
Gangguan
psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
-
Kekecewaan pada bayinya.
-
Ketidaknyamanan sebagai akibat
perubahan fisik yang dialami.
-
Rasa bersalah karena belum bisa
menyusui bayinya.
-
Kritikan suami atau keluarga tentang
perawatan bayinya.
2.
Fase Taking Hold
Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10
hari pascapersalinan. Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk
mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespons dengan penuh semangat
untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi
atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung.
Dalam 6 – 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu
untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting.
Harapan yang realitis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga
selanjutnya sebagai suatu unit. Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri
terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi dan tidak suka
terhadap tanggung jawab dirumah dan merawat bayi.
Ibu yang terlimat memerlukan
dukungan tambahan adalah sebagai berikut :
-
Primipara yang belum berpengalaman
mengasuh anak.
-
Wanita karier.
-
Wanita yang tidak punya cukup banyak
teman/keluarga untuk dapat berbagi.
-
Ibu yang berusia remaja.
-
Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa timbul akibat berbagai
faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab
sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah diterimanya
dari anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil. Beberapa ibu menyesal
tentang hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang belum lahir. Beberapa
yang lain mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah
selesai.
Keletihan pasca persalinan diperburuk oleh tuntutan
bayi yang banyak sehingga mudah dapat timbul perasaan depresi. Dikatakan bahwa
masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah
atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan
depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif tidak perlu diekspresikan secara
verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas (menarik
diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis). Ketika
tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan,
tercapailah suatu keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai
orang tua, yang harus dihadapi selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.
3.
Fase Letting Go
Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju
sebagai suatu sistem dengan para anggota
saling berinteraksi. Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan
adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan
utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam
beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi kesenangan yang
bersifat dewasa. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada
minggu ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih
awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
Fase letting
go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri
dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang
berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
Jika keadaan seperti diatas terjadi,
disarankan untuk :
a.
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika
membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan;
b. Memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu
rasakan serta meminta dukungan dan pertolongannya;
c. Membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan
merawat bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil
dan percaya diri;
d.
Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
3.
Sosial, berupa perhatian,
rasa kasih sayang, menghibur
ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking
hold, dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami
terhadap rasa lelah yang diraasakan dan akan kembali secara perlahan setelah
ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada
keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu
sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam
kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga
stress yang dialaminya tidak bertambah berat.
C.
Tujuan Asuhan
Kebidanan Masa Nifas
Tujuan
asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
baik fisik maupun psikologisnya.
b.
Melaksanakan skrining yang
komprehesif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui, serta
pemnerian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d.
Membarikan pelayanan keluarga
berencana.
e.
Memulihkan kesehatan umum.
f.
Mempertahankan kesehatan psikologis.
g.
Mencegah infeksi dan komplikasi.
h.
Memperlancar pembentukan air susu
ibu ( ASI)
D.
Cara Mengatasi
Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas
Cara mengatasi gangguan psikologi
pada Ibu selama masa nifas diantaranya :
a.
Berikan dukungan emosional kepada
ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih.
b.
Menyarankan pada ibu untuk
beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi cerita dengan orang
lain, bersikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru.
c.
menyarankan pada ibu untuk
berkonsultasi dengan tenaga medis.
d.
Mempersiapkan persalinan dengan
lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi, tapi yang lebih penting
dari segi psikologis dan mental ibu.
e.
Dengan cara pendekatan terapeutik.
Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara :
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
-
Dapat memahami dirinya
-
Dapat mendukung tindakan konstruktif
f.
Meningkatkan suport
mental/dukungan keluarga.
g.
Minta bantuan suami atau keluarga
yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
h.
Beritahu suami mengenai apa yang
sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.
i.
Menyarankan ibu untuk membuang rasa
cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering
merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
j.
Menyarankan ibu untuk mencari
hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
E. Peran Bidan pada Masa Nifas
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang Bidan dalam menjalankan
perannya selama ibu dalam masa nifas diantaranya yaitu :
a. Menciptakan
ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin melalui IMD.
b.
Memberikan penjelasan pada ibu,
suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang
sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.
c.
Simpati, memberikan bantuan dalam
merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.
d.
Memberikan bantuan dalam merawat
bayi
e.
Menganjurkan agar beristirahat yang
cukup dan makan makanan yang bergizi
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Dalam menjalani masa nifas (peurperium) ibu akan mengalami fase taking in,
taking hold dan letting go. Dalam melalui fase – fase tersebut Ibu nifas
memerlukan asuhan dari seorang bidan agar masa nifasnya berjalan dengan lancar.
Peran bidan sangat mempengaruhi masa nifas ibu dalam mencegah maupun mengatasi
gangguan psikologi terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.
B.
Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat
mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan
pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan
bayinya tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,2008.AsuhanKebidananNifas.Yogyakarta
: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Saifudin.2002.BukuPanduanPraktisPelayananMaternaldanNeonatal.Jakarta
: YBPSP.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal,
2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar