Makalah Gizi Seimbang Bagi Bayi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ GIZI
SEIMBANG BAGI BAYI” .
Tidak
lupa penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Staf
pengajar AKZI selaku dosen pembimbing
kami
2. Orang tua yang telah mendukung kami dalam hal materi
maupun non-materi
3. Teman-teman yang sudah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini .
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi kepada para
mahasiswa/i tentang “GIZI SEIMBANG
BAGI BAYI”, serta guna memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Kediri, 15 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul............................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar
Isi..................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah...................................................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bayi.............................................................................................................. 3
2.2 Prinsip Gizi Seimbang Bagi
Bayi.............................................................................. 4
2.3 Macam-Macam Makanan Bagi Bayi........................................................................ 4
2.4 Cara Pengelolaan Makanan Bayi.............................................................................. 7
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian Makanan Pada Bayi.............. .. 11
2.6 Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi
Bayi............................................................... 13
2.7 Sistem Pencernaan Bayi............................................................................................ 14
2.8 Dampak
Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Bayi........................................ ... 17
BAB III : PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................. 20
3.2
Saran............................................................................................................................ 20
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup
seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal
maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut
keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk
membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam
diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan
apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak makanan
yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua
kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang
memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan
penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan
yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan
kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat
adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan yang enak kepada anaknya
tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak,
dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
1.2
Rumusan Masalah
1
Apakah definisi bayi itu sendiri?
2
Sebutkan macam-macam makanan bagi bayi!
3
Apa saja prinsip gizi seimbang
bagi bayi?
4
Bagaimana cara pengelolaan makanan untuk bayi?
5
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi!
6
Apa pengaruh status gizi seimbang bagi
bayi?
7
Bagaimana sistem pencernaan bayi?
8
Apa saja dampak kekurangan dan kelebihan gizi
pada bayi?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
gizi kesehatan reproduksi serta untuk
mengetahui tentang gizi seimbang bagi bayi.
1.4
Batasan Masalah
Agar
penulisan ini sesuai dengan yang diinginkan, perlu adanya batasan masalah guna terarahnya
dan tidak terjadi penyimpangan pada makalah ini. Makalah ini membahas tentang gizi seimbang bagi bayi .
Makalah
ini ditujukan kepada mahasiswa kesehatan, tenaga medis serta masyarakat umum
agar dapat memperluas wawasannya mengenai gizi seimbang bagi bayi.
1.5 Metode penulisan
Adapun
metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah : browsing adalah metode yang dilakukan dengan
cara mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan judul karya tulis melalui akses
internet. Dan kajian pustaka
adalah mencari bahan – bahan materi dari buku .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bayi
Bayi adalah masa tahapan pertama
kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa
ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama
pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun
memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si
bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi
bayi sampai bayi berumur 1 tahun.
Sedangkan pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram. Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2
cara, secara normal melalui vagina atau melalui operasi cesar. Bayi baru lahir
harus mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru karena setelah plasentanya
dipotong maka tidak ada lagi asupan makanan dari ibu selain itu kondisi
bayi baru lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena itulah bayi
memerlukan perawatan yang insentif. Jagalah kebersihan bayi dan
berikan nutrisi yang cukup kepada bayi melalui ASI.
Selain pengertian bayi baru lahir,
akan diberikan ciri-ciri bayi baru lahir normal dan sehat. Berikut ini
ciri-ciri bayi baru lahir sehat:
Ø Berat badan 2500 – 4000 gram
Ø Panjang badan 48 – 52 cm
Ø Lingkar dada 30 – 38 cm
Ø Lingkar kepala 33 – 35 cm
Ø Frekuensi jantung 120 – 160
kali/menit
Ø Pernafasan ± 60 - 40 kali/menit
Ø Genitalia, pada bayi perempuan labia
mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada bayi laki-laki testis sudah
turun dan skrotum sudah ada
Ø Memiliki 3 gerak reflek bayi yaitu :
reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan dan
reflek graps atau menggenggam.
2.2
Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan
bertambahnya umur bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat
gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan Makanan tambahan/
pendamping ASI. Banyaknya ASI yang dihasilkan ibu tergantung dari status gizi
ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/menyusui, stress mental dan sebagainya.
Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Oleh
karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi
diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah
energi tersebut.
2.3 Macam – Macam Makanan Bagi Bayi
Makanan bayi beraneka ragam macamnya
yaitu :
1.
ASI (Air Susu Ibu)
Yang paling baik untuk bayi baru
lahir adalah ASI. ASI mempunyai keunggulan baik ditinjau segi gizi, daya
kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi dan sebagainya.
a.
Manfaat ASI
·
Bagi Ibu
i.
Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang
terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi
uterus dan mencegah terjadi perdarahan post partum. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan post partum mengurangi prevalensi anemia zat besi. Selain
itu, mengurangi angka kejadian karsinoma mammae.
ii.
Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga
dapat menjarangkan kehamilan. Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan pada
ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak 11 bulan.
iii.
Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan
oleh bayinya karena dapat menyusui.
·
Bagi Bayi
i.
Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung
lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral serta vitamin.
ii.
Mengandung zat protektif : terdapat zat protektif berupa
laktobasilus bifidus,laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor
antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan alergi.
iii.
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu
menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan
manfaat untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan
rasa aman dan kasih sayang.
iv.
Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI
akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.
v.
Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis
pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI,
karena menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi
lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan gigi menjadi asam
sehingga merusak gigi.
vi.
Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang
adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan
dot.
·
Bagi Keluarga
i.
Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi
jarang sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat.
ii.
Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan
keluarga bertambah dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
iii.
Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja serta tidak merepotkan orang lain.
·
Bagi Negara
i.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
anak.
Adanya faktor protektif dan nutrien
yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan
kematian menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI
melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, seperti diare, otitis media,
dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
ii.
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Dengan adanya rawat gabung maka akan
memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan
infeksi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
iii.
Mengurangi devisa untuk membeli susu
formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan
nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan akan menghemat devisa sebesar
Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.
iv.
Meningkatkan kualitas generasi penerus
bangsa.
Anak yang dapat ASI dapat tumbuh
kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan
terjamin.
2
Komposisi ASI
Komposisi ASI
tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.
Kolostrum : ASI yang dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
2.
ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai hari
keempat sampai hari ke sepuluh.
3.
ASI mature : ASI yang dihasilkan mulai hari
kesepuluh sampai dengan seterusnya.
3
Kecukupan ASI
Untuk mengetahui kecukupan ASI dapat
dilihat dari :
1.
Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-kurangnya
akhir minggu setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan
lebih 10 %.
2.
Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan
berat badan pada :
triwulan ke 1 : 150-250 gr setiap minggu,
triwulan ke 2 : 500-600 gr setiap bulan,
triwulan ke 3 : 350-450 gr setiap bulan,
triwulan ke 4 : 250-350 gr setiap bulan atau berat badan naik 2 kali lipat
berat badan waktu lahir pada umur 4-5 bulan dan 3 kali lipat pada umur satu
tahun.
3.
Bayi lebih banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam
sehari.
4.
Setiap kali menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian
melemah dan tertidur.
5.
Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui.
2. MP ASI (Makanan Pendamping ASI)
Makanan pendamping ASI (MPASI)
diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
Jenis MP ASI diantaranya :
a. Buah-buahan yang dihaluskan/ dalam
bentuk sari buah. Misalnya pisang Ambon, pepaya , jeruk, tomat.
b. Makanan lunak dan lembek. Misal
bubur susu, nasi tim.
c. Makanan bayi
yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.
Tujuan pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah :
a. Melengkapi zat
gizi ASI yang sudah berkurang.
b. Mengembangkan
kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai
rasa dan bentuk.
c. Mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d. Mencoba
adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI :
a. Perhatikan
kebersihan alat makan.
b. Membuat makanan
secukupnya.
c. Berikan makanan
dengan sebaik-baiknya.
d. Membuat variasi
makanan.
e. Ajak makan bersama anggota keluarga
lain
f. Jangan memberi
makanan dekat dengan waktu makan
g. Makanan
berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama.
2.4 Cara
Pengelolaan Makanan Bayi
Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan
ASI, namun seiring dengan tumbuh kembang diperlukan makanan pendamping ASI.
Tabel 2.
Definisi Pemberian Makanan Bayi
Pemberian ASI Eksklusif
(Exclusive breastfeeding)
|
Bayi hanya diberikan ASI tanpa
makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan
mineral dan ASI yang diperas.
|
Pemberian ASI
Predominan
(Predominant
breastfeeding)
|
Selain mendapat ASI, bayi juga
diberi sedikit air minum, atau minuman cair lain, misal air teh.
|
Pemberian ASI Penuh
(Full breastfeeding)
|
|
Pemberian Susu Botol
(Bottle feeding)
|
Cara
pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga ASI diperas dengan
botol.
|
Pemberian ASI Parsial
(Artificial feeding)
|
Sebagian
menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau sereal atau makanan
lain.
|
Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MPASI) tepat waktu (Timely complementary feeding)
|
Memberikan bayi makanan lain
disamping ASI ketika waktunya tepat yaitu mulai 6 bulan.
|
Tabel 3.
Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai
menyusui
|
Dalam waktu
30-60 menit setelah melahirkan.
|
Menyusui
eksklusif
|
Umur 0-6
bulan pertama.
|
Makanan
pendamping ASI (MPASI)
|
Mulai diberikan pada umur antara
4-6 bulan (umur yang tepat bervariasi, atau bila menunjukkan kesiapan
neurologis dan neuromuskuler).
|
Berikan MP ASI
|
Pada semua bayi yang telah berumur
lebih dari 6 bulan.
|
Teruskan
pemberian ASI
|
Sampai anak berumur 2 tahun atau
lebih.
|
Tabel 4. Jadwal
Pemberian Makanan pada Bayi
Umur
|
Macam makanan
|
Pemberian
selama 24 jam
|
1-2 minggu
3 mg s/d 3
bulan
3 bulan
4-5 bulan
6 bulan
7-12 bulan
|
ASI
Formula
adaptasi
ASI atau
Formula
adaptasi
ASI atau
Formula
adaptasi
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula
adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula
adaptasi
Bubur susu
Nasi tim
Jus buah
|
Sesuka bayi
6-7 kali 90
ml
Sesuka bayi
6 kali
100-150 ml
Sesuka bayi
5 kali 180 ml
1-2 kali
50-75 ml
Sesuka bayi
4 kali 180 ml
1 x 40-50 g
bubuk
1 kali 50-100
ml
Sesuka bayi
3 kali
180-200 ml
2 x 40-50 g
bubuk
1 kali 50-100
ml
Sesuka bayi
2 kali
200-250 ml
2x 40- 50 g
bubuk
1 x 40-50 g
bubuk
1-2 kali
50-100 ml
|
Sumber: Ilmu
Gizi Klinis Pada Anak, 2000
Berikut cara
pengolahan makanan bagi bayi usia 6 bulan
ü KARBOHIDRAT
Jangan terpaku pada
nasi putih saja. Biasakan anak
konsumsi beragam sumber karbohidarat, seperti beras merah, kentang, ubi,
singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang
penting, beras dimasak sampai matang dengan air secukuppnya agar tergelatinasi
sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan
beras putih agar pulen, karen beras merah lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar
10 menit, kemudian diolesi mentega, garam dan gula.
d. Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).
ü PROTEIN
Bisa didapat dari
daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan tahu. Pilih sumber
protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti telur.
Cara memasak:
Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai
warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan berkurang. Yang terbaik, telur
direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat menggunakan sedikit minyak
dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk
campuran soto, ditumis sebagai campuran cap cay, disup, digoreng sebentar
setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak menjadi ayam pop. Jangan
lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus
dimasak dengan baik. Namun agar zat besi tidak terbuang, jangan masak daging
terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena itu potong tipis-tipis atau
cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis, proteinnya tidak
sebaik daging segar. Selain itu juga mengandung zat aditif sehingga
jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya ditumis,
disup atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng. Jangan digoreng karena
akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
ü VITAMIN DAN MINERAL
Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau
waran sayuran, makin banyak vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna
daging buah, vitaminya semakin kaya.
Cara memasak sayur :
Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel,
daun singkong, kangkung, kacang panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam
lemak. Jika dimasak bersama minyak goreng, seperti ditumis, jangan terlalu lama
sebab vitaminnya akan habis.
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong,
katuk, melinjo, sawi, kentang, seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat)
larut dalam air, karena itu jika direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab
vitamin akan habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah
mendidih, bubuhi garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna
hijau, segar dan batangnya masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus
langsung dimakan setelah dimasak. Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain
vitaminnya rusak, dikhawatirkan ada reaksi kimia yang menyebabkan sayur tidak
layak dimakan.
ü Cara mengolah buah:
a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah
dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan hilang, jika disetup, vitamin
berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah baik, tetapi kadar gula
menjadi tinggi.
b. Beberapa buah akan lebih banyak
vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya, seperti apel, pir dan anggur. Tetapi
jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida pada kulit apel, sebaiknya dikupas
saja.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pada Bayi
Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan
untuk bayi dan anak dapat berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1.
Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan
anak mampu makan sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu
yang tegang, cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan
kesulitan makan pada anak.
2.
Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin
mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme yang normal, untuk pertumbuhan,
menciptakan hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko terjadinya
hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3.
Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang
mengatur keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri
akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4.
Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5.
Menentukan jadwal pemberian makanan
bayi.
6.
Umur.
7.
Berat badan.
8.
Diagnosis dari penyakit dan stadium
(keadaan).
9. Keadaan mulut
sebagai alat penerima makanan.
10.
Kebiasaan makan (kesukaan,
ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan toleransi daripada
anak terhadap makanan yang diberikan).
11.
Gaya hidup orang tua
12.
Kemiskinan
Ø Faktor penyebab
masalah gizi pada bayi
Masalah gizi
merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua faktor
langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan
penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung
pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang.
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan
tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab
langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya
kejadian penyakit menular terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA).
Faktor ini banyak terkait mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi,
kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup
terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup
sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain
yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga, khususnya pangan
untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang
bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas
pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan
pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu,
Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi dan
ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah
gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah
dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari
ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum
bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan
pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan
baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang
rawan ketika harus mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini
sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang
terjadi tiba-tiba.
Intervensi
gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara bayi
tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak
dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila
tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula
dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.
2.6 Pengaruh Status
Gizi Seimbang Bagi Bayi
Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi
oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Adapun faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan (diet), sinar matahari,
lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Pemberian
makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang,
sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan
anak akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan
pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan
anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS. Daerah
diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua,
hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Diatas
kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 %
adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai
hijau tua.
2.7 Sistem Pencernaan Bayi
Selama periode intrauterine janin
“di beri makan” melalui
sirkulasi plasenta memindahkan semua nutrient dari darah ibu langsung masuk ke sirkulasi janin, berupa
bahan makanan yang siap untuk langsung digunakan. Sehingga janin tidak perlu
mencerna dan mengabsorbsi, begitu pula dengan sistem pembuangan belum diperlukan kerena
bahan sisa yang terbentuk, semua akan kembali ke dalam sirkulasi darah
ibu.
Menjelang bayi dilahirkan, fungsi-fungsi saluran cerna
dan ginjal berkembang sangat cepat. Pada akhir
masa kehamilan janin menunjukan gerakan-gerekan menelan dan
meminum cairan amonion begitu pula
untuk kemampuan memproduksi dan mengkekskresi urine, walaupun ginjal janin
masih berkembang dan belum memainkan peran vital.
Setelah bayi lahir, bayi harus memasukan makanan dari
mulut, mencerna dan mengabsorbasinya, memfungsikan
ginjal untuk mengeluarkan limbah metabolic, mempertahankan air dan hemeostatis
elektrolit. Namun karena alat pencernaan dan sistem ekskresi belum berkembang sempurna,
sehingga batas toleransi terhadap air, mineral keseluruhan dan spesifik sangat
sempit dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua, karena pada saat lahir
sampai dengan beberapa bulan ginjal belum mampu mengkonsentersikan urine untuk
mengeluarkan mineral yang memadai.
Pada saat bayi yang normal sanggup menghisap ASI.
Bayi dapat menempatkan ASI di mulut bagian belakang dan kemudian menelannya.
Fungsi menghisap dan menelan merupakan kemampuan yang vital bagi neonatus dan
bayi selama bulan – bulan pertama kehidupannya. Jika makanan padat atau semi
padat dimasukan kedalam mulut bayi biasanya secara sepontan akan ditolak.
Sampai usia 4 -6 bulan gerakan lidah yang mendorong atau efleks menjulurkan
lidah telah hilang dan bayi sudah dapat mengatur makanan semi padat.
Selanjutnya usia 7 -9 bulan, gerakan gigitan yang ritmis mulai terlihat dan
pada sat bersamaan dengan pertubuhan gigi pertama shehingga perkemangan
kemampuan mengunyah dimualai.
Jadi, usia 4 -6 bulan pertama dalam kehidupan bayi
normal merupakan tingkat perkembangan fungsional yang memberikan kesempatan
pada bayi untuk dapat menerima diet yang esensial yang berbentuk cair, yang
merupakan priode transisi dari diet janin dalam kandungan menuju makanan
dewasa.
Pencernaan Hidrat Arang. Proses pencernaan makanan
dimulai dari mulut ; selama mengunyah makanan bercampur dengan saliva yang
memberikan kesempatan Amilase untuk mencerna pati. Meskipun amilase ditemukan
pada saliva bayi. Tetapi tidak ada proses pencernaan hidrat arang dalam mulut
atau esophagus selama bulan –bulan kehidupan.
Diperkirakan bayi yang lahir cukup bulan mempuyai
aktivitas amilase 10% amilase orang dewasa, dan agaknya ini adalah aktivitas
utama glukoamilase. Informasi sampai saat ini mengatakan bahwa amilase dari
pangkereas tidak disekresi selama 3 bulan pertama usia bayi ; juga ditemukan
hanya dalam kadar sangat rendah atau tidak ada sama sekali, sampai bayi berusia
enam bulan. Namun
terdap bukti bahwa bayi dapat mencerna pati sebelum usia 3 bulan, ini mungkin
disebabkan oleh glukomilase, yang pada saat itu tidak aktif, namu dapat
diaktifasikan oleh keberadaan dan sifat bahan makanan atau cairan enzim yang
bekerja padanya. Walaupun belum terdapat bukti pencernaan pati dimungkinkan
oleh amilase dari pancreas dari diproduksi karena adanya pati dalam usus halus.
Bayi muda membutuhkan suatu proses adaptasi untuk
dapat mencerna pati, dan ini dapat berlangsung beberapa hari atau beberapa
minggu dan proses tersebut mungin dapat menjelaskan mengapa terjadi gangguan
pencernaan yang sering timbul terutama diare yang sering diderita oleh bayi
muda yang diberi makan
yang mengandung pati.
Diid pati dalam proporsi besar menyebabkan adanya
pati yang tidak dapat dicerna, yang dapat mengakibatkan gangguan nutrien-nutrien lainya dan
kemudian bayi mengalami gangguan
pertumbuhan. Pada
saat bayi lahir aktivitas disakaridase telah berkembang penuh. Ada 2
disakaridase, yaitu Delta Glukosidase yang menghidrolisis sukrosa dan maltosa
dan Beta Glukosidase yang menghidrolisis laktosa yang pada saat lahir mempunyai
kadar aktvitas yang sama dengan kadar pada bayi yang berusia lebih tua. Dengan
demikian, pada usia itu tidak ada masalah bagi bayi dalam pencernaan dan
pemanfaatan gula yang terkandung dalam susu.
Protein.
Sekresi asam hidroklorat dan pepsin lambung berkembang baik pada neonatus cukup
bulan, tetapi konsenterasi masih rendah dan akan cepat meningkat pada bulan -
bulan pertama kehidupannya. Pencernaan
utama protein adalah berlangsung di usus halus, tetapi karena bayi muda
mempunyai beberapa kesulitan dalam mencerna protein, seperti kasien, aktivitas
lambung bisa menjadi sangat penting sebagai sarana untuk memulai pencernaan
karena kapasitas bayi untuk mencerna protein, sebenarnya telah berkembang
sempurna sejak lahir. Sekalipun demikian masukan protein tinggi harus dihindari
terutama bayi premature dan yang masih sangat muda, karena beban ginjal
terhadap kepekatan cairan (Renal Solute Lood) yang sangat berlebihan akan
menyebabkan gangguan keseimbangan asam – basa dan menyebabkan Asidoses
Metabolic.
Lemak. Selama priode intrauterine, glukosa merupakan
sumber utama untuk perkembanggan janin. Tetapi setelah lahir lemak menjadi
sumber energy utama yang sangat penting, dekitar 40 – 50 % energy yang
terkandung dalam ASI terbentuk sebagai lemak. Pada bayi baru lahir
yang cukup bulan fungsi pangkreas dan fungsi hati belum berkembang dengan
sempurna. Oleh kerena itu konsenterasi lipase pancreas dan garam empedu masih
sangat rendah. Namun bayi muda sanggup mengasorbsi lemak cukup adekwat,
terutama dari ASI. Pencernaan dan penyerapan lemak pada bayi muda ini dipacu
oleh adanya aktivitas lipase lingual dan aktivitas lipase yang terdapat dalam
ASI.
Lipase lingual disekresi oleh papil-papil pada bagian
posterior lidah yang mulai bekerja jika sudah dilambung dan produk lipopisisnya
(asam lemak dan monogliserida) akan berperan dalam emulsifikasi campuran lemak
tersebut sehingga bayi dapat mengimbangi keadaan garam empedu yang tersedian
masih rendah. Lipopisis praduodenal pada bayi muda akan dilengkapi oleh lipase
yang terdapat dalam ASI. Lipase
dalam ASI juga mempunyai aktivitas esterase, hal ini sangat vital untuk
memanfaatkan viatamin A yang berupa ester-ester
retinol, yang terdapat dalam ASI.
Jadi meskipun fungsi hati dan pankreas belum matang, bayi muda telah dilengkapi dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI, maupun komponen-komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak akan kurang efisien jika susu sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi muda.
Jadi meskipun fungsi hati dan pankreas belum matang, bayi muda telah dilengkapi dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI, maupun komponen-komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak akan kurang efisien jika susu sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi muda.
Vitamin
dan Mineral. Dalam kehidupan awal bayi tampaknya tidak ada masalah yang besar
dalam pemanfaatan vitamin dan mineral. Absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berhubungan erat dengan absorbsi lemak.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang dewasa. Ini berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal kehidupan. Nilai biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi yang ditambahkan dalam makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun dengan drastis apabila makanan pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur – sayuran diberikan pada bayi yang mendapat ASI.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang dewasa. Ini berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal kehidupan. Nilai biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi yang ditambahkan dalam makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun dengan drastis apabila makanan pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur – sayuran diberikan pada bayi yang mendapat ASI.
2.8 Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Bayi
Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama
akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A,
hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat
menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus (gizi kurang/buruk). Kekurangan zat
esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia
(kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).
Jika dikaji secara mendalam penyakit
kekurangan gizi disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya ketidakseimbangan asupan zat-zat
gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan penyakit infeksi. Dampak dari
penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut maupun kronik. Adapun
penyakit yang dimaksud adalah:
1.
Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak
krisis ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan
mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah
satu dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan
mempunyai statuz gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian
bayi dan balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak,serta
berpengaruh pada penurunan IQ.
2.
Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang
perlu dibahas seperti mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga
jika status gizi buruk tidak ditangani secara intensif maka generasi akan
cenderung mengalami gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi
yang paling berpengaruh adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan
mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.
3.
Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan
Ibu hamil (bumil). Tentunya selang waktu dari KEK ini cukup lama. Karena mulai
dari usia subur dengan status gizi buruk akan berdampak pada rahimnya kemudian
berdampak pada kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya, masa
persalinan sampai bayi dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan
disertai gangguan dan hambatan.
4.
Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh
terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada
usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan kematian.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Makanan
terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan tumbuh
kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Untuk itu bayi
yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk mengkonsumsi bubur tim dengan cara
pengolahan dan ragam sayuran/buah yang telah disebutkan di atas.
3.2 Saran
1)
Mahasiswa diharapkan
agar mengetahui tentang penyelesaian masalah bidan terhadap intranatal care.
2)
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan
tindakan secara aman dan mandiri pada saat menghadapi intranatal care .
DAFTAR PUSTAKA
Marimbi,Hanum. 2010. tumbuh kembang, status gizi dan
imunisasi dasar pada balita. Yogyakarta : Nuba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar