Sabtu, 20 Juli 2013

Contoh Laporan Terapi Medik



Laporan Terapi Medik
pada Pasien Post.Op Herniatomi


            Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal (Dorland,1998:504)
            Hernia adalah penonjolan suatu organ atau struktur organ di tempatnya yang nornal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Masjoer,2000)
            Hernia adalah penonjolan abnormal suatu organ atau sebagian dari organ melalui lubang pada struktur di sekitarnya.

Terdapat klasifikasi hernia diantaranya :
a.       Macam – macam hernia menurut letaknya
ü  Ingunalis
Terbagi menjadi 2 yaitu indirek / lateralis dan direk/ medialis.
ü  Femoralis
ü  Umbilikal

b.      Macam – macam hernia menurut sifatnya
ü  Reponibel / reducible
ü  Ireponible
ü  Strangulate / inkarserata
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia, diantaranya yaitu :
1.      Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar akibat tekanan rongga perut yangh meninggi.
2.      Cacat bawaan.
3.      Genetik
4.      Proses penuaan. Pada lansia jaringan penyangga makin melemah, lansia lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.
5.      Aktivitas fisik berat. Pekerjaan berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswani, 2000 : 217).




Hernia mengembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat BAB, atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke bagian otot abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atu tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ – organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

Tanda – tanda klinis apabila terjadi hernia diantaranya :
1.      Adanya benjolan keluar atau masuk yang keras.
2.      Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
3.      Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4.      Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung kencing.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hernia diantaranya :
1.      Secara konservatif (non-operatif)
a.       Reposisi hernia, hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan.
b.      Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
2.      Secara operatif
a.       Hernioplasty, yaitu memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,ini sering dilakukan pada anak – anak.
b.      Hernioraphy, pada bedah elektif kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
c.       Herniotomy, seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis.
Kasus :
Terdapat seorang klien yaitu Tn. IR dengan usia 45 tahun yang pada hari Jum’at, 15 Maret 2013 pukul 23:20 WIB datang ke rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan keras keluar disekitar genetalia yang terasa nyeri. Klien juga mengeluh mual, pusing dan akralnya hangat. Klien datang diterima di IGD dan setelah dilakukan pemeriksaan klien disarankan untuk operasi Herniotomy. Setelah mendapat persetujuan tindakan dari keluarga klien, maka klien langsung dibawa ke ruang operasi dari IGD. Berdasarkan informasi dari keluarga, tidak ada riwayat hernia di dalam keluarganya.
           



            Setelah tindakan operasi herniatomy, klien rawat inap di ruang Bedah. Di ruang Bedah dilakukan pemeriksaan pasca operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan, klien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
            Kemudian dilakukan kolaborasi penatalaksanaan dengan Dokter untuk memberikan terapi diantaranya pemberian obat injeksi IV berupa :
a.       Cefoperazone, 3 x 1
b.      Ketorolac 30, 3 x 30mg
c.       Ranitidine, 2 x 1
Keterangan :
Kemasan                 : Ketorolac 30 mg injeksi
Reg.No                   : GKL0808514843B1
Farmakodinamik     :Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Indikasi                   : Penatalaksaaan jangka pendek terhadap nyeri akut, sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari 5 hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak lebih dari 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang kuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek penghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Kontraindikasi        : - Pasien yang sebelumnya telah mengalami alergi dengan obat ini  karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
-          Pasien yang menunjukkan manisfestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain.
-          Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
-          Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
-          Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
-          Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angiodema atau bronkospasme.
-          Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.
-          Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
-          Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L)
-          Riwayat asma.
-          Pasien pasca operasi dengan resiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostatis inkomplit, pasien dengan anti-koagulan termasuk Heparin dosis rendah (2500 – 5000 unit setiap 12 jam)
-          Terapi bersamaan dengan Ospentyfiline, Probenecid atau garam lithium.
-          Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.
-          Anak < 16 tahun.
-          Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Jonhson atau ruam vesikulobulosa.
-          Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).
-          Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostatis benar – benar dibutuhkan karena tingginya resiko perdarahan.
Dosis                     : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 10 – 30 mg tiap 4 – 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang BB nya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh lebih dari  hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh lebih dari 90mg  (60mg untuk pasien lansia, gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50kg).
Efek samping        : Gangguan saluran cerna seperti diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea. Gangguan susunan saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mengantuk dan berkeringat.(insiden antara 1 – 9 %)
Peringatan             : - Seperti obat analgesik anti-inflamasi nonsteroid lainnya, Ketorolac dapat menyebabkan iritasi, ulkus, perforasi atau perdarahan gastrointestinal dengan atau tanpa gejala sebelumnya dan harus diberikan dengan pengawasan ketat pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit saluran gastrointestinal. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan selama kehamilan, persalinan, kelahiran, dan pada ibu menyusui.
-          Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai Ketorolac misalnmya antibiotik aminoglikosida.
-          Untuk pasien gangguan ginjal ringan, fungsi ginjal harus dipantau pada pasien yang diberi lebih dari dosis tunggal IM, terutama pada pasien lansia.
-          Efek hematologis ketorolac menghambat agregasi trombosit dan dapat memperpanjang waktu perdarahan. Pasien dengan gangguan koagulasi atau yang sedang diberi terapi obat yang mengganggu hemostasis harus diawasi benar – benar saat diberikan ketorolac.
Penyimpanan          : Simpan pada suhu di bawah 300C, dilindungi dari cahaya.
           



            Dengan diberikannya terapi obat tersebut diharapkan gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) pada klien sehubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi dapat berkurang atau bahkan hilang.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien mengatakan nyerinya berkurang dan tingkat ketergantungannya sudah mandiri. Oleh karena itu pada Selasa, 19 Maret 2013 klien diperbolahkan pulang dalam keadaan sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...