BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pada
dasarnya prinsip operasi laparotomi ginekologi konvensional digunakan pada
laparoskopi operatif. Disamping itu, operator laparoscopy harus berpengalaman
dalam melakukan operasi melakukan operasi laparoskopi diagnostic. Oleh karena
itu mereka sebelumnya harus telah mengenal dengan baik jaringan atau organ
genitalia interna serta patologi tertentu lewat pandangan laparoskop. Operator laparoskopi dituntut pula untuk
terbiasa dan terlatih menggunakan berbagai alat khusus yangt telah disebutkan
diatas. Operator laparoskopi juga dituntut agar terbiasa melakukan jahitan atau
ikatan hemostasis pada jaringan dalam rongga pelvis dengan endoloog dan
endo-suture cara ikatan luar atau dalam.
Untuk
melatih hal-hal tersebut, oleh semm telah dibuat suatu model yang disebut
pelvic-trainer. Dengan pelvic-trainer ini seseorang dapat melatih
keterampilannya untuk melakukan hal-hal khusus tersebut diatas. Okuler
laparoskop dapat dihubungkan dengan monitor, seperti ia melakukan hal yang
sesungguhnya pada pasien. Bahan jaringan yang digunakan, biasanya plasenta
segar dengan selaput amnionnya, yang dilekatkan didalam pelvic-trainer. Pada
jaringan plasenta dan selaput amnion tersebut dapat dilakukan berbagai tindakan
seperti melakukan tindakan yang sesungguhnya. Apabila hal-hal tersebut telah
dikuasai dengan baik, maka ia telah siap untuk melakukan operasi laparoscopy
operatif yang sesungguhnya pada pasien.
Akhirnya,
sewaktu akan melakasanakan operasi laparoskopyk perlu di pertimbangkan
benar-benar apakah akan menguntungkan penderita. Tindakan operasi laparoscopy
juga masih mempunyai keterbatasan. Mage dan kawa-kawan mengemukakan
keberhasilan dalam histerektomi hanya mencapai 75% sedangkan untuk miomektomi
masih lebih kurang lagi dan mereka mengemukakan masih diperlukannya alat-alat
yang lebih canggih. Hanya dengan mengandalkan penilaian ilmiah yang benar dan
cermat dalam tatacara pemakaian operasi laparoskopyk teknik tersebut akan
menemui harapan yang lebih cerah.
1.2.Rumusan
masalah
1) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan sejarah perkembangan laparoskopi?
2) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy operatif?
3) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan prosedur laparoscopy operatif?
4) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan macam atau jenis laparoscopy operatif?
5) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan anestesi pada laparoskopi operatif?
6) Jelaskan
apa yang dimagsud dengan robotic laparoskopi?
1.3.Tujuan
Pembelajaran
1) Mampu
menjelaskan sejarah perkembangan laparoskopi?
2) Mampu
menjelaskan gan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy operatif?
3) Mampu
menjelaskan prosedur laparoscopy operatif?
4) Mampu
menjelaskan macam atau jenis laparoscopy operatif?
5) Mampu
menjelaskan anestesi pada laparoskopi operatif?
6) Mampu
menjelaskan robotic laparoskopi?
BAB II
PEMBAHASAN
PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSE LAPAROSKOPY
Perkembangan yang pesat di bidang
teknologi kesehatan khususnya ilmu bedah telah mendatangkan manfaat dan
keuntungan yang besar bagi kehidupan manusia. Ditemukannya teknik bedah Laparoskopi
atau bedah minimal invasive. misalnya, kini telah mulai menggantikan
teknik-teknik konvensional, kecuali pada kasus-kasus tertentu. Laparoskopi
adalah prosedur untuk melihat rongga perut melalui sebuah teleskop yang
dimasukkan melalui dinding perut. Prosedur pembedahan pada laparoskopi
menggunakan alat-alat yang juga dimasukkan melalui dinding perut. Melalui
teleskop, prosedur pembedahan lebih jelas terlihat karena bisa dilakukan
pemaparan yang lebih baik pada rongga panggul dan efek pembesaran dari
teleskop. Pada bidang ginekologi (kesehatan organ reproduksi wanita),
kondisi yang dapat ditangani dengan teknik laparoskopi antara lain mioma uteri,
tumor ovarium, nyeri haid, endometriosis, adenomiosis, infertilitas,
sterilisasi tuba, pelengketan saluran tuba, pelengketan organ genitalia,
kehamilan di luar kandungan, pengangkatan rahim atau ovarian drilling.
SEJARAH LAPAROSKOPI
Sulit menyebutkan siapa penemu alat
laparoskopi pertama kali. Pada tahun 1902, Georg Keling, di Dresden, Saxony
melakukan tindakan laparoskopi pertama pada anjing. Tahun 1910, Hans Christian
Jacobaeus di Swedia melaporkan operasi laparoskopi dilakukan pertama kalinya
terhadap manusia. Dengan ditemukannya chip komputer pada kamera TV, innovasi
laparoskop lebih berkembang lagi. Dengan adanya alat ini, dapat dilakukan
pembesaran lapangan operasi yang terlihat di monitor.
KEUNTUNGAN
Laparoskopi, yang merupakan revolusi
besar di bidang ilmu bedah, kini banyak dipilih karena prosedurnya yang mudah
serta waktu operasi yang relatif singkat dan lama pemulihan pasca operasi yang
lebih singkat ketimbang konvensional. Ukuran lubang yang diperlukan untuk
operasi hanya kurang lebih 0,5-1,5 cm, jauh lebih kecil dibandingkan ukuran
lubang untuk operasi konvensional. Karena alasan inilah maka operasi
laparoskopi disebut juga bandaid surgery atau keyhole surgery. Operasi ini
disebut juga minimal invasive, karena bagian tubuh dibuka dengan sedikit
sayatan saja. Alhasil, kerusakan pada jaringan tubuh dan jumlah perdarahan pun
dapat diminimalisir, pasien pun dapat pulih dengan lebih cepat. Di samping itu,
nyeri pasca operasi, komplikasi terhadap peristaltik usus dan luka operasi
(infeksi luka operasi atau terbukanya luka operasi) juga lebih rendah. Khusus
mengenai pemulihan peristaltik usus, laparoskopi memungkinkan hal ini lebih
cepat terjadi mengingat organ (usus) tidak perlu dikeluarkan dari perut atau
pun dipegang dokter. Peristaltik usus lebih akrab ditandai dengan buang angin
pasca operasi, dan ini merupakan salah satu tanda telah pulihnya fungsi alat pencernaan.
Bila bising ususnya sudah positif, pasien boleh langsung minum. Oleh karena
itu, rata-rata setelah dua hari pasca operasi laparoskopi, pasien boleh pulang.
Perlengketan pasca operasi yang dapat
menyebabkan nyeri berulang setelah operasi, sumbatan usus, dan infertilitas
juga lebih jarang terjadi. Pasien yang sudah menjalani operasi besar apapun,
kemungkinan mengalami pelengketan 20 hingga 40 persen. Hanya nanti manifesnya
akan sangat tergantung kepada individu. Secara kosmetik / estetik, laparoskopi
lebih unggul dibandingkan laparotomi. Bekas luka operasi relatif tidak terlihat
karena kecilnya luka irisan yang dilakukan. Kemungkinan terjadinya keloid pada
bekas operasi juga minimal. Transmisi mikroba amat minimal karena tidak ada
kontak langsung antara organ tubuh pasien dan tangan operator. Akibatnya,
kemungkinan infeksi pasca operasi dapat diminimalisir.
KERUGIAN
Biaya yang dibutuhkan untuk operasi ini relatif
lebih mahal karena operasi ini memerlukan peralatan-peralatan yang canggih
seperti sistim kamera, sistim lampu dsb. Selain itu operasi laparoskopi ini
relatif lebih lama dibandingkan laparotomi tetapi jika dilakukan oleh seorang
operator laparoskopi yang terlatih dan terampil maka lama operasi tidak berbeda
jauh dengan laparotomi.
.
KEGUNAAN LAPAROSKOPI
Beberapa kegunaan laparoskopi secara
umum dapat dibagi dalam dua kelompok yakni untuk mengetahui penyebab dari suatu
penyakit (diagnosis) dan untuk mengatasi masalah tersebut (terapi). Sebagai
alat diagnostik, laparoskopi seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyebab
dari ketidaksuburan (infertilitas), terutama untuk pasangan yang telah lama
mencoba berbagai cara untuk mendapatkan anak. Penyebab infertilitas yang dapat
diketahui oleh laparoskopi antara lain adalah gangguan pada saluran telur, yang
bisa terjadi akibat proses perlekatan dengan daerah sekitar atau penekanan oleh
tumor atau proses infeksi, adanya endometriosis (suatu penyakit yang erat
kaitannya dengan infertilitas), adanya tumor kandungan atau tumor pada indung
telur. Berbagai penyebab infertilitas yang dapat diatasi melalui laparoskopi
antara lain adalah membebaskan saluran telur dari perlengketan atau penekanan
oleh tumor, mematikan sarang-sarang endometriosis, atau mengangkat tumor
kandungan/tumor pada indung telur.
Selain itu, laparoskopi juga merupakan
salah satu cara untuk mengetahui dan mengatasi kehamilan di luar kandungan.
Kehamilan di luar kandungan merupakan hal yang bila dibiarkan dapat
membahayakan bagi penderita. Laparoskopi unggul dalam hal diagnostik karena
dokter akan melihat secara langsung kelainan yang ada, di samping dapat
melakukan berbagai tindakan untuk mengatasinya. Laparoskopi juga merupakan
salah satu cara untuk melakukan tubektomi (seringkali dikenal sebagai penutupan
kandungan), yakni bagi mereka yang telah merasa cukup memiliki anak.
Pengangkatan miom / kista indung telur / kandungan sendiri juga dapat dilakukan
melalui laparoskopi. Miom ukuran besarpun dapat dioperasi dengan menggunakan
moselator, suatu alat untuk mengikis tumor menjadi ukuran yang lebih kecil,
sehingga tumor tersebut dapat dikeluarkan melalui lubang kecil yang dibuat.
Laparoskopi, di tangan ahli, dapat melakukan berbagai tindakan yang dilakukan
secara laparotomi.
INDIKASI
DAN KONTRAINDIKASI OPERASI LAPAROSKOPI
Dengan
telah berkembangnya inovasi instrumentasi dan tekhnik operasi seperti yang
telah di utarakan diatas,maka indikasi untuk melakukan operasi dengan
teknik laparoskopi menjadi lebih luas.tindakan operasi diagnostik dengan hasil
diagnosis yang jelas, dan yang telah didiskusikan dengan pasien sebelumnya,
dapat dilanjutkan dengan tindakan operatif tertentu.
INDIKASI
Indikasi
Diagnostik
·
Diagnosis diferensiasi
patologi genetalia interna
·
Infertilitas primer dan
atau sekunder
·
Second look
operation,apabila diperlukan tindakan berdasarkan operasi sebelumnya
·
Mencari dan mengangkat
translokasi AKDR.
·
Pemantauan pada saat
dilakukan tindakan histeroskopi
Indikasi
terapi
·
Kistektomi
,miomektomidan histerektomi
·
Hemostasis perdarahan pada perforasi uterus akibat tindakan
sebelumnya.
Indikasi
operatif terhadap adneksa
·
Fimbrioplasti
,salpingostomi,salpingolisis
·
Koagulasi lesi
endometriosis.
·
Aspirasi cairan dari
suatu konglomerasi untuk diagnostik yang terapeutik.
·
Salpingektomi pada
kehamilan ektopik
·
Kontrasepsi mantap
(oklusi tuba)
·
Rekontruksi tuba atau
reanastromosis tuba pascatubectomi
Indikasi
operatif terhadap ovarium
·
Pungsi folikel matang
pada program fertilisasi in-vitro
·
Biopsi ovarium pada
keadaan tertentu( kelainan kromosom atau bawaan , curiga keganasan).
·
Kistektomi antara lain
ada kista coklat( endometrioma), kista dermoid, dan kista ovarium lain
·
Ovariolisis, pada
perlekatan periovarium
Indikasi
operatif terhadap organ dalam rongga pelvis
·
Lisis perlekatan oleh
omentum dan usus.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi
absolut
·
Kondisi pasien yang
tidak memungkinkan dilakukannya anestesi
·
Diatese hemoragik
sehingga mengganggu funsi pembekuan darah
·
Peritonitis akut
terutama yang mengenai abdomen bagian atas , disertai dengan distensi dinding
perut ,sebab kelainan ini merupakan kontraindikasi untuk melakukan
pneumoperitonium.
Kontraindikasi
relatif
·
Tumor abdomen yang
sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan trokar kedalam rongga pelvis oleh
karena trokar dapat melukai tumor tersebut
·
Hernia abdominalis,
dikawatirkan dapat melukai usus pada saat memasukkan trokar ke dalam rongga
pelvis, atau memperberat hernia pada saat dilakukan pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat
di hilangkan dengan modifikasi alat pneumoperitonium otomatic
·
Kelainan atau
insufisiensi paru paru, jantung,hepar,atau kelainan pembuluh darah vena
porta,goiter atau kelainan metabolisme lain yang sulit menyerap gas CO2.
PROSEDUR
LAPAROSKOPI OPERATIF
Tiga atau lebih sayatan kecil (5-10
mm) dibuat di perut untuk memungkinkan port akses untuk dimasukkan. Para
laparoskop dan instrumen bedah yang akan dimasukkan melalui port ini. Ahli
bedah kemudian menggunakan laparoskopi, yang mentransmisikan gambar organ-organ
perut pada monitor video, yang memungkinkan operasi untuk dilakukan. Operasi
Laparoskopi usus dapat digunakan untuk melakukan operasi berikut:
1. Proctosigmoidectomy. Operasi
pengangkatan bagian rektum dan kolon sigmoid yang sakit. Digunakan untuk
mengobati kanker dan pertumbuhan non-kanker atau polip, dan komplikasi
diverticulitis.
2. Right colectomy atau Ileocolectomy.
Selama kolektomi kanan, sisi kanan usus besar akan dibuang. Selama
ileocolectomy, segmen terakhir dari usus kecil - yang melekat pada sisi kanan
usus besar, yang disebut ileum, juga dibuang. Digunakan untuk mengangkat
kanker, pertumbuhan non-kanker atau polip, dan peradangan dari penyakit Crohn.
3. Total abdominal colectomy. Operasi
pengangkatan usus besar. Digunakan untuk mengobati radang borok usus besar,
penyakit Crohn, poliposis familial dan mungkin sembelit.
4. Fecal diversion. Bedah pembuatan
saluran baik sementara atau permanentileostomy (pembukaan antara permukaan
kulit dan usus kecil) atau (kolostomi (pembukaan antara permukaan kulit dan
usus besar). Digunakan untuk mengobati masalah dubur dan dubur kompleks,
termasuk kontrol buang air besar yang buruk .
5. Abdominoperineal resection. Operasi
pengangkatan anus, rektum dan kolon sigmoid.Digunakan untuk membuang kanker di
rektum bawah atau di anus, dekat dengan sfingter (kontrol) otot.
6. Rectopexy. Suatu prosedur dimana
jahitan digunakan untuk mengamankan rektum pada posisi yang tepat. Digunakan
untuk memperbaiki prolaps rektum.
7. Total proctocolectomy. Ini adalah
operasi usus paling luas dilakukan dan melibatkan pembuangan rektum dan usus
besar. Jika ahli bedah dapat meninggalkan anus dan bekerja dengan benar, maka
kadang-kadang kantong ileum dapat diciptakan sehingga Anda bisa pergi ke kamar
mandi. Sebuah kantung ileum adalah ruang operasi yang dibuat terdiri dari
bagian terendah dari usus kecil (ileum). Namun, kadang-kadang, suatu ileostomy
permanen (pembukaan antara permukaan kulit dan usus kecil) diperlukan terutama
jika anus harus dibuang, lemah, atau telah rusak.
JENIS-JENIS LAPAROSKOPY
1.
Laparoskopi
histerektomi
Jenis Histerektomi yang dilakukan
oleh tabung optik standar ramping yang juga dikenal sebagai laparoscopes
disebut histerektomi laparoskopi. Jenis pengobatan histerektomi terdiri
dari sedikit waktu untuk pemulihan dan durasi dari Operasi daripada
jenis lain dari operasi yang dilakukan. Hal ini juga umumnya disukai oleh
sebagian besar perempuan sebagai jenis pengobatan karena tidak berakhir memberi
Anda banyak bekas luka seperti metode operasi lain.
Melalui
mana prosedur laparoskopi histerektomi dilakukan?
Dasar dari histerektomi laparoskopi
mulai dengan sebuah celah kecil di bawah pusar ditarik wanita. Dalam irisan
ini, alat laparoskopi dikirim masuk Para dokter yang melakukan operasi kemudian
melihat melalui daerah Panggul wanita itu dan memeriksanya dengan penuh
perhatian dengan instrumen. Selama pemeriksaan ini dokter membuat keputusan di
mana untuk melakukan pemotongan lebih tepatnya dengan instrumen ramping.
Menggunakan histerektomi laparoskopi sebagai panduan operasi, bedah
menghapus ini rahim dari bagian dalam tubuh wanita. rahim
kemudian dibedah menjadi dua bagian. Bagian-bagian yang membedah mengukur
ukuran yang sesuai untuk menghapus mereka dari perut, itu karena fakta bahwa
sangat sedikit jahitan yang diperlukan dalam rangka untuk menutup sayatan
dibuat dalam operasi ini.
2.
Miomektomi
Jika
miom tersebut bertangkai maka tangkai tersebut dengan mudah dapat di insisi.
Untuk jenis intramural, resiko perdarahan sangat besar, kadang diperlukan
injeksi vasopressin untuk mempertahankan hemostasis. Jejak bekas miomektomi
harus dijahit, ini sesuatu yang mutlak. Cara pengeluaran massa miom, apabila
tersedia alat morselator maka dengan mudah miom dapat dikeluarkan.
Saat
ini laparoskopi tidak terbukti lebih baik dari laparotomi untuk pengobatan
menoragia atau infertilitas. Sebagai tambahan, ada kekhawatiran untuk resiko
uterus rupture selama kehamilan lebih besar pada miomektomi dengan laparoskopi
daripada laparotomi. Namun, pada tabel dibawah ini terlihat bahwa miomektomi
perlaparoskopi relative lebih menguntungkan daripada miomektomi perlaparotomi
Hasil
Akhir
|
Laparoskopi
(n=20)
|
Laparotomi
(n=20)
|
Kemaknaan
|
Kehilangan
darah(ml)
|
200
± 50
|
230
± 44
|
P
>0,05
|
Waktu
operasi(menit)
|
100
± 31
|
93
± 27
|
P
>0,05
|
Injeksi
analgesic
|
1,9
± 0,7
|
4,1
± 1,4
|
P
>0,05
|
Pasien
bebas analgetik pada hari ke-2(%)
|
85
|
15
|
P
>0,05
|
Pasien
dipulangkan pada hari ke-3(%)
|
90
|
10
|
P
>0,05
|
Pasien
kembali bekerja pada hari ke-15(%)
|
90
|
5
|
p>0,05
|
ANESTESI PADA LAPAROSKOPI OPERATIF
Apapun
jenis atau cara pemberiannya, tindakan pemberian anestesi ini tidak boleh di
anggep ringan. Apabila tindakan dan cara pemberian anastesi tidak benar, dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kaidah-kaidah ilmu anastesi harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sama halnya dengan kaidah-kaidah yang
lazimnya digunakan pada operasi laparotomi.
Anastesi local
Laparoskopi
operatif yang tidak memerlukan waktu lama dan intervensi yang berat, dapat
dilakukan dalam anastesi local, seperti pemasangan cincin tuba atau klip tuba
pada tindakkan sterilisasi. Cukup banyak keuntungan pemberian anastesi lokal
ini, antara lain waktu rawat dapat dipersingkat dan efek samping yang ringan.
Konsep atau istilah volonelgesia yaitu vocal,dapat berkomunikasi dengan pasien
pada saat operasi ; lokal, denagn menggunakan sediaan anastesi lokal yang
relative murah antara lain lidokain 0,5% 20-40 ml, untuk memati rasa kulit
disekitar tusukkan trokar : volo, bahasa latin yang artinya ingin, pasien ingin
sadar, terutama pada pasien yang takut tidur; dan penggunaan sediaan
nuetroleptanalgesia, antara lain diazepam atau meperidim atau sejenisnya;
sangat menguntungkan, aman, dan banyak digunakan dalam cara pemberian anastesia
lokal pada laparoskopi operatif.
Beberapa operator, walaupun hal ini
tidak perlu benar, menyuntikkan anastesi paraservikal apabila diperlukan
intervensi pada uterus, terutama sebelum memasukkan kanula manipulator uterus.
Beberapa operator menyemprotkan (spay) juga anastasi lokal pada tuba, sebelum
dilakukan pemasangan cincin tuba atau klip tuba. Semua cara pemberian anastesi
lokal tersebut bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit, selama dan pasca
operasi. Pemberian neuroleptanalgesia bertujuan untuk menghilangkan ansietas,
dan juga bersifat ansedatif. Pemberian sediaan ini sebaiknya melalui intravena,
yang sebelumnya telah terpasang infuse dekstrosa 5%. Dapat diberikan diazepam
(valium) 5mg, dan kemudian meparidin (demoral) 25-50 mg, intravena
perlahan-lahan. Apabila pemberian sediaan ini tidak didampingi oleh spesialis
anastesi, dianjurkan selama operasi pemberian diazepam tidak melebihi 10 mg,
dan meperidin 100 mg. Sediaan lain yang dapat digunakan antara lain fentanil
yang dapat dikombinasikan dengan droperidol.apabila sediaan ini digunakan,
pemantauan kardiovaskular perlu diperhatikan lebih baik dan kadang kala
diperlukan pemberian oksigen bagi pasien.
Anastesi regional
Anastesi
regional (kaudal, epidural, atau blok spinal), hanya digunakan apabila anastesi
inhalasi merupakan kontraindikasi. Beberapa efek samping yang kurang disenangi
dalam pemberian anastesi regional antara lain dapat terjadi vasodilatasi dan
hipotensi yang mendadak. Cara anastesi ini untuk tindakkan laparoskopi telah
banyak ditinggalkan.
Anastesi umum
Anastesi
uuntuk semua operasi hanya aman apabila ditangani oleh spesialis anastesi.
Anastesi umum dapat digunakan dengan kaidah-kaidah ilmu anastesi biasanya untuk
tujuan laparoskopi operatif.
Apabila digunakan
kanulaendotrakheal, sebaiknya dipasang kanula nasogastri untuk mencegah
distensi gaster. Pada saat pemasangan trokar, apabila terdapat distensi gaster,
akan dapat melukai dindingnya. Apabila terjadi perforasi gaster yang tidak
dikenal, dapat mengakibatkan abdomen akut pasca operasi. Kadangkala diperlukan
pernapasan bantu (assisted respiration), terutama pada operasi laparoskopi
dalam posisi trendelenburg, oleh karena diafragma mendesak paru ke atas. Hal
ini yang perlu diperhatikan pada pemberian anastesi umum ialah kejadian
asidosis, terutama pada oprasi yang lama, dengan menggunakan gas CO2 yang cukup
banyak untuk maksud maintenance pneumoperitoneum. Dalam hal ini pemantauan
kondisi kardiovaskular perlu lebih diperhatikan. Asidosis yang tidak dikoreksi
dan berlangsung lama dapat mengakibatkan henti jatung (cardiac arrest).
ROBOTIK LAPAROSKOPI
Diperkenalknanya
teknologi robotic dapat menjembatani gap yang ada antara laparoskopi dengan
laparotomi. Terdapat tiga bentuk tehnologi robot yang digunakan pada pembedahan
ginekologi. Pertama adalah automatid endoscopic system for optimal positioning
(AESOP) merupakan tehnologi robot pertama yang disetujui oleh badan
administrasi pangan dan obat amerika (FDA). Tehnologi robot ini dikendalikan
melalui suara. Sistem robot yang kedua adalah Sistem Pembedahan Zeus yang
menyediakan lapang penglihatan dua dimensi dengan pengendalian jarak jauh
lengan robot pada meja oprasi. Akan tetapi, system ini sudah tidak diproduksi
lagi. Sistem robot yang terakhir adalah Sistem operasi da Vinci. Alat ini dapat
juga dikendalikan jarak jauh tetapi dengan lapang pandang tiga dimensi yang asli dan
dilengakapi tehnologi peredam tremor. Sistem ini memiliki keuntungan pembedahan
potensial laparotomi disertai dengan keuntungan laparoskopi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan yang pesat di bidang
teknologi kesehatan khususnya ilmu bedah telah mendatangkan manfaat dan
keuntungan yang besar bagi kehidupan manusia. Ditemukannya teknik bedah
Laparoskopi atau bedah minimal invasive. misalnya, kini telah mulai
menggantikan teknik-teknik konvensional, kecuali pada kasus-kasus tertentu.
Laparoskopi adalah prosedur untuk melihat rongga perut melalui sebuah teleskop
yang dimasukkan melalui dinding perut. Prosedur pembedahan pada laparoskopi
menggunakan alat-alat yang juga dimasukkan melalui dinding perut. Melalui
teleskop, prosedur pembedahan lebih jelas terlihat karena bisa dilakukan
pemaparan yang lebih baik pada rongga panggul dan efek pembesaran dari
teleskop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar