Kamis, 25 April 2013

Makalah Prinsip Homeostatik dan Konsep Sehat Sakit


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Konsep tentang manusia menjadi penting karena ia termasuk bagian pandangan hidup. Oleh karena itu konsep manusia itu penting bukan demi pengetahuan manusia saja, tetapi lebih penting karena syarat bagi pembenaran kritis dan landasan yang aman bagi pengetahuan manusia.
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang “Sehat Itu Mahal”. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud manusia sebagai system?
2.      Apa yang dimaksud manusia sebagai adaptif?
3.      Apa yang dimaksud manusia sebagai holistik?
4.      Apa perbedaan pengertian sehat dan sakit menurut para ahli ?
5.       Bagaimana terjadinya rentang sehat sakit ?
6.      Apa pengertian status kesehatan?
7.      Apa faktor  yang mempengaruhi sehat?
8.      Apa saja penyebab penyakit?
9.      Apa saja jenis penyakit?
10.  Bagaimana perilaku sehat dan sakit itu ?
11.  Apa saja faktor yang mempengaruhi sakit?
12.  Siapa saja yang mendapatkan dampak hospitalisasi ?
13.  Bagaimana peran perawat terhadap adanya sakit ?

1.3  TUJUAN
1.      Mengetahui manusia sebagai system
2.      Mengetahui manusia sebagai adaptif
3.      Mengetahui manusia sebagai holistik
4.      Mengetahui definisi sehat dan sakit
5.      Mengetahui pebedaan definisi sehat menurut para ahli
6.       Mengetahui status kesehatan
7.      Mengetahui factor yang mempengaruhi sehat
8.      Mengetahui penyebab penyakit
9.      Mengetahui jenis penyakit
10.  Mengetahui perilaku sehat dan sakit
11.  Mengetahui factor yang mempengaruhi sakit
12.  Mengetahui siapa yang mendapatkan dampak hospitalisasi
13.  Mengetahui peran perawat terhadap sakit







BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Manusia Sebagai Sistem
Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu totalitas yakni sistem adaptif, sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem social.
Manusia sebagai sistem adaptif  yaitu proses perubahan individu sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas atau keutuhan.
Manusia sebagai sistem personal yaitu setiap manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang.
Manusia sistem interpersonal yaitu setiap manusia berinteraksi, berperan dalam masyarakat dan berkomunikasi terhadap orang lain.
Manusia sebagai sistem social yaitu manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan keputusan dalam lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja.
Manusia sebagai system terbuka yang terdiri dari berbagai sub system yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu total system. Terdiri dari beberapa komponen :
a.      Komponen Biologik adalah anatomi tubuh
b.      Komponen Psikologik adalah kejiwaan
c.       Komponen Sosial adalah lingkungan
d.      Komponen Kultural adalah nilai budaya
e.      Komponen Spiritual adalah Kepercayaan agama

2.2 Manusia Sebagai Adaptif
Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap    perubahan  lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan. Lingkungan : seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau kelompok organism.
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:

1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus  beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
4. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
- Pertama, fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
- Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
- Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain
- Keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu :
a.       fungsi fisiologis,
b.      konsep diri,
c.       fungsi peran dan
d.       interdependensi
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi.

2.3 Manusia Sebagai Holistik
Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
Manusia sebagai makhluk biologis karena manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbyh kembang hingga meninggal.
Manusia sebagai makhluk psikologis karena manusia mempunyai struktur kepribadian yang unik, tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan dan memiliki kecerdasan serta daya pikir.
Manusia sebagai Makluk sosial, karena manusia perlu hidup bersama dengan orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi oleh kebudayaan, terikat oleh norma yang berlaku dimasyaraka, dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social serta tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain
Manusia sebagai makhluk Spritual karena manusia memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan, pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan   keyakinan yang dipegangnya.
Manusia sebagai makhluk cultural karena manusia mempunyai nilai dan kebudayaan yang membentuk jatidirinya, sebagai pembeda dan pembatas dalam hidup social dan kultur dalam diri manusia bisa diubah dan berubah tergantung lingkungan manusia hidup.


2.4    Perbedaan pengertian sehat dan sakit menurut para ahli
         2.4.1 Pengertian Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A.    Sehat menurut WHO (1927)
       Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental, dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.    Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2.    Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3.    Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif

B.     Sehat menurut UU No.23/1992 tantang Kesehatan
            Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

C.     Sehat menurut Pepkin’s
            Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian sehungga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.


D.    Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif.

E.     Sehat menurut Pender (1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural.

2.4.2  Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Berikut beberapa definisi sakit menurut para ahli
1.      Sakit menurut Parson (1972)
              Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
2.      Sakit menurut Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
a.    Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
b.    Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c.    Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3.      Sakit menurut Perkin’s
Sakit adalah sautu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
4.      Sakit menurut Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.
5.      Sakit menurut Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.

2.5 Rentang Sehat Sakit
            Status kesehatan seseoorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit (Illness area), dan apabila status kesehatan  kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat.
            Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai meinggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (primary prevention), yaitu perlindungan kesehatan (Health protection) dan perlindungan khusus (Specific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan rehabilitasi



Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.

2.6 Status Kesehatan
            Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan, sosial kultural, pengalaman masa lalu, harapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan, dan pelayanan.
  1. Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan.
  1. Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
  1. Pengalaman masa lalU
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya.
  1. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun secara psikologis.
  1. Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
  1. Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
  1. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau  sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Sehat
            Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang berisfat menghambat terhadap keadaan sehat-sakit.
            Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu yaitu:
A.    Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian penting dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.


B.     Faktor Sosial Budaya
Fakrot sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1.      Tingkah laku, kebisaaan, adat istiadat
2.      Kepercayaan, pandangan hidup, nilai-nilai
3.      Sosial ekonomi tarap hidup dan penghasilan
4.      Demigrafi, kepadatan penduduk
5.      Pendidikan
C.     Fasilitas kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah
1.      Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat atau tidak
2.      Usaha informasi dan motivasi
3.      Program : apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.
D.    Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1.      Genetik
2.      Struktur tubuh

Keempat faktor di atas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi.

2.8  Penyebab Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidak bersih/tidak sehat. Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding usus. Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1.    Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
Kelompok agent bisa berupa :
a.    Elemen gizi
1)   Jodium
2)   Kekurangan/kelebihan viatamin-vitamin/mineral
b.    Kimia eksogen
Zat kimia yang berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan lain-lain
c.    Kimia endogen
Zat-zat kimia yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium, billirbin, hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.


2.    Lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis, dan sosial ekonomi.
a.       Faktor fisik misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b.      Faktor biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk, kecoa) dan binatang berbisa.
  c.     Sosial ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan kepadatan penduduk.

2.9 Jenis Penyakit / Kronis
Jenis penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang disebabkan dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan fungsi organ tubuh, bakteri,  kuman, racun, jamur, virus atau keturunan.
Mengetahui berbagai jenis penyakit sangat penting bagi kita agar dapat mencegah timbulnya penyakit atau dapat segera mengantisipasi ketika melihat gejala-gejala atau pun menderita penyakit tertentu. Selain itu, sebaiknya, kita pun mengenal sebab-sebab timbulnya penyakit dan juga gejala-gejala yang tampak saat terjangkit suatu penyakit.
Jenis penyakit yang terjangkit dalam tubuh manusia dalam kurun waktu yang sangat lama bahkan dapat mengakibatkan kematian, diantaranya:
  1. AIDS
  2. Kanker
  3. Jantung


2.10  Perilaku Sakit (Sick Role Behaviour)
Perilaku sakit mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan mendefinisikan, menginterpretasikan gangguan serta mencari pengobatan yang tepat. Sedangkan perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang untuk mencegah atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.
Gangguan dapat diinterpretasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras atau gejala flu pada cuaca mendung; atau penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit kronis. Interpretasi berbeda akan menyebabkan tindakan pengobatan yang berbeda. Perilaku sakit merupakan fungsi dari pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu, proses informasi dan proses kognitif.
Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala)
1.      Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2.      Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.
3.      Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi:
(a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)
(b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit
(c) respon emosional.
4Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

B.Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
1.      Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2.     Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3.     Menimbulkan perubahan emosional
4.     Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

C.Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
1.    Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2.     Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3.     Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
4.     Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan
5.     Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.

D. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
1.     Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
2.     Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
3.     Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4.      Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.

E. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1.    Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
2.    Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnyperubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

2.11  Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit
 A.  Faktor Internal
1.    Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2.    Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik bisaany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

B.  Faktor Eksternal
1.  Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2.  Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3.  Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4.      Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.


      5.   Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6.   Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

2.12   Dampak Hospitalisasi pada Klien dan Keluarga
Tahun 1959, Russel Berton menulis buku tntang hospitalisasi. Dalam pengertian hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat di sebuh institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1.      Lingkungan yang asing
2.      Berpisah dengan orang yang berarti
3.      Kurang informasi
4.      Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5.      Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6.      Prilaku petugas Rumah Sakit.
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1.      Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh, perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya
2.     Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3.     Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4.     Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
5.      Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6.      Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.


2.13   Peran Perawat terhadap Sehat Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan    Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Berikut pendapat tentang peran perawat :

A.  Peran Perawat (CHS 1989)
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :
1.  Pemberi asuhan keperawatan
2.   Pembela pasien
3.   Pendidik tenaga keperawatan masyarakat
4.   Koordinator dalam pelayanan masyarakat
5.   Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6.   Konsultan atau penasihat pada tenaga kerja dan klien

B. Peran perawat (Lokakarya Nasonal 1983)
 1.  Pelaksanaan pelayanan keperawatan
        2.  Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
        3.  Pendidik dalam keperawatan
        4.  Peneliti dan pengembang keperawatan

C.   Peran Perawat Menurut para Sosiolog
1.      Peran terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit
2.      Expressive atau mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan lain-lain)

D. Peran perawat menurut Schulman
Schulman berpendapat bahwa hubungan perawat dan pasien sama dengan hubungan ibu dan anak antara lain :
1.      Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang.
2.      Melindungi dari ancaman bahaya 
3.      Memberi rasa aman dan nyaman.
4.      Memberi dorongan untuk mandiri
Selain itu peran yang dijalani seseorang juga bergantung pada status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani individu. Tidak mengherankan jika klien di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a. Perubahan Peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit Akan terjadi perubahan peran dalam keluarga. Sebagai contoh jika yang sakit adalah ayah, peran sebagai kepala keluarga akan dijalankan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu, sesuai dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk keperluan klien dirawat. Akibatnya, keluarga mulai mengalami masalah keuangan. Masalah keuangan ini sangat riskan terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertamnbah.
c.  Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat. Keseharian keluarga yang bisaanya dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan dan senda gurau anggotanya, tiba-tiba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluargapun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d. Perubahan Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluargapun mempunyai kebisaaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam lingkungan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.

      Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit
tujuannya adalah membantu individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.      Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupaka pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan primer meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection) Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain pendidikan kesehatan, peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan individu,konseling pernikahan dan p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan khusus dilakukan melalui imunisasi higiene personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi khusus (misalnya nutrisi untuk ibu hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.
2.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti menemukan kasus, survei penampisan, pemeriksaan selektif.

3.      Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini antara lain dilakukan melalui upaya pembatasan ketidakmampuan (dissability limitation) dan rehabilitasi. Untuk pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisaa diambil adalah pelatihan tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang dilakukan antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan klien sesuai dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.



BAB III
PENUTUP

3.1  SIMPULAN
Konsep manusia dibagi menjadi tiga, yaitu manusia sebagai system,adaptif, dan mahkluk holistic. Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu totalitas; yakni sistem adaptif, sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem social. Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap    perubahan  lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan. Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas dari penyakit tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga selain ada sehat terdapat juga sakit. Sakit secara umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya proses penyakit tetapi dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan seseorang terganggu. Untuk memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang dipengaruhi oleh beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada penyakit yang bersarang di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit. Biasanya penyakit di timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.



3.2  SARAN
Setelah kita membaca kutipan di atas, kami sebagai penulis makalah ini, kami memberi saran kepada seluruh khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi kita. Sehat merupakan sesuatu yang sangat mahal bagi kita, jika kita tidak menjaga kesehatan kita, maka kita akan terserang penyakit.
Selain itu juga, kami memberi saran kepada para medis untuk tetap memperhatikan kesehatan masyarakat supaya Negara kita terhindar dari berbagai macam penyakit. Kami juga berharap dari pihak medis memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...