Jumat, 21 November 2014

Makalah Post Date



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani. (Anonim,2002).
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90% merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002).
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan Infeksi, pencetakan (rekam medik) asuhan persalinan dan rujukan (Asuhan Persalinan Normal, 2002).
Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm /lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5, persentasi bukan belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemelli, tali pusat menumbung dan syok (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Membuat keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari hasil dan dipadukan dengan kajian teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan dan terfokus pada pasien (Varney,1997).
Di beberapa daerah di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Abram Siregar, 2002).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menyajikan makalah mengenai postmatur disertai dengan stusi kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari hari.

1.2    Rumusan Masalah
a.    Apa definisi dari kehamilan post matur
b.    Apa penyebab terjadinya kehamilan post matur
c.    Bagaiman pengaruh kehamilan post matur terhadap janin dan ibu
d.   Apa saja komplikasi yang diakibatkan dari kehamilan post matur
e.    Apa saja tindakan yang harus dilakukan bidan
1.3    Tujuan
1.    Mendefinisikan kehamilan post term
2.    Melakukan identifikasi masalah yang dapat terjadi pada masa kehamilan postterm
3.    Menjelaskan kemungkinan faktor penyebab kehamilan possterm
4.    Mendiskusikan cara menegakkan diagnosis kehamilan postterm
5.    Menjelaskkan pengelolaan yang benar terhadap kehamilan postterm dan kemungkinan komplikasi yang terjadi pada ibu dan janinnya.




BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1    Pengertian
Definisi Kehamilan Lewat waktu (post term) adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap (Ilmu kebidanan: hal 317).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikas.i(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney Helen,2007)

2.2    Etiologi
Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post matur stress, sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta (Ilmu Kebidanan: hal.318)
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
1.  Hipoplasia hipofise
2.  Anensefalus
3.  Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4.  Hormon estriol yang rendah

2.3    Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1.    Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2.    Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

2.4    Diagnosa
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
1.    Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2.    Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a)    Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b)   Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c)    Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3.    Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)
4.    Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5.    Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu persaliunan, menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti USG, Ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6.    Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
7.    Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
8.    Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
9.    Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
10.     Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya  karena dikeruhi mekonium.
11.     Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
12.     Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi   reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
13.     Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
14.     Pemeriksaan PH darah kepala janin
15.     Pemeriksaan sitologi vagina
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Kita sering kali sukar menetapkan diagnosis kehamilan sirotinus, khususnya di Negara berkembang tetapi dapat di gunakan beberapa criteria berikut :

1.    Detak jantung Janin mulai terdengar
a)    Fondoskop pada minggu 18
b)   Dopller pada minggu 12
2.    Quickening terasa mulai minggu 18
Fundus uteri setinggi pusat pada minggu 20
Dendang memeriksakan USG perkiraan usui kehamilan akan lebih tepat untuk kehamilan trimester I dan II, sedangkan pada Trimester III sering kurang cepat. Kenyataan ini sering terjadi oleh karena pertumbuhan janin dalam rahim tidak tetap artinya bukan merupakan pertumbuhan linier.
Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1.    Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a.    Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr yang di sebut dengan bayi makrosomia’
b.    Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
Ø Mungkin dengan berat badsan yang besar atau makrosomia
Ø Kukun panjang
Ø Penulangan baik
Ø Tulang rawan telinga sudah cukup
Ø Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
Ø Mata besar dan terbuka
2.    Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga tidak mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi sebaliknya dan di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria berikut:
Ø Bayi tampak tua
Ø Kuku panjang
Ø Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit tangan dan kaki
Ø Matanya lebar bahkan sudah terbuka
Ø Verniks caseosa telah hilangatau berkuran

Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
1.    Stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah  mengelupas (maserasi), verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2.    Stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3.    Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.

2.5    Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
1.    Hipovolemia
2.    Asidosis
3.    Sindrom gawat napas
4.    Hipoglikemia
5.    Hipofungsi adrenal.
Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma pada bayi dan maternal yang makin tinggi
1.    Komplikasi trauma pada janin atau bayi
a.    Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b.    Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam dengan    bentuk trias komplikasi:
1)   Infeksi
2)   Asfiksia
3)   Trauma langsung dan perdarahan
2.    Komplikasi maternal “trias komplikasi”
a.    Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
1)   Robekan luas
2)   Fistula rekto-vasiko vaginal
3)   Ruptura perineum tingkat lanjut
b.    Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi kontaminasi bacterial.
c.    Perdarahan:
1)   Trauma langsung jalan lahir
2)   Atonia uteri
3)   Retentio Plasenta

2.6    Penatalaksanaan
1.    Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2.    Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3.    Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4.    Bila :
a.    Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
b.    Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
c.    Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
d.   Pada kehamilan > 40-42 minggu
Maka ibu dirawat di rumah sakit :
1.    Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
a.    Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b.    Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi   gawat janin, atau
c.    Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
2.    Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Sikap bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu
Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan :
1.    Anamnesa.
2.    Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
3.    Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
1.   Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat dijumpai :
a.    Berat badan ibu mendatar atau menurun
b.    Air ketuban terasa berkurang
c.    Gerak janin menurun
2.   Bagaimana sikap bidan
Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :
a.    Melakukan konsultasi dengan dokter
b.    Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit
c.    Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
(Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, 1998)

Pengelolaan Intrapartum
1.    Pasien tidur miring sebelah kiri
2.    Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
3.    Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
4.    Perhatikan jalannya persalinan
5.    Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi
(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)

Mencegah Aspirasi Mekoneum
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
1.    Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir
2.    Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.
3.    Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
(Maternal dan Neonatal, 2002)



BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
1.    Definisi Kehamilan Lewat waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap
2.    Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kehamilan Post Term
Ø Stress
Ø Kurangnya Air Ketuban
Ø Faktor Hormonal
Ø Insufisiensi Plasenta
3.    Kehamilan Post Term dapat berpengaruh bagi kesehatan ibu dan janin
4.    Penatalaksanaan yang dapat dilakukan bidan adalah dengan memantau kesejahteraan janin dan segera merujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

3.2    SARAN
Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai kehamilan postterm dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin.



DAFTAR PUSTAKA

1.    Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BNSP
2.    Saifudin, Abdul Bari dkk. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBP-SP

1 komentar:

  1. This way my buddy Wesley Virgin's tale starts in this SHOCKING and controversial VIDEO.

    As a matter of fact, Wesley was in the army-and soon after leaving-he discovered hidden, "SELF MIND CONTROL" tactics that the CIA and others used to get everything they want.

    As it turns out, these are the EXACT same methods many celebrities (especially those who "became famous out of nothing") and elite business people used to become wealthy and successful.

    You probably know how you use only 10% of your brain.

    Mostly, that's because the majority of your brainpower is UNCONSCIOUS.

    Maybe this expression has even occurred INSIDE your own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about seven years back, while riding an unregistered, beat-up garbage bucket of a vehicle without a driver's license and $3.20 in his pocket.

    "I'm so frustrated with going through life payroll to payroll! When will I finally make it?"

    You've taken part in those questions, isn't it right?

    Your success story is waiting to be written. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.

    CLICK HERE TO LEARN WESLEY'S SECRETS

    BalasHapus

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...