Sabtu, 31 Oktober 2015

Makalah Bidan Sebagai Motivator

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................          i
KATA PENGANTAR................................................................................         ii
DAFTAR ISI...............................................................................................         iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...........................................................................         1
1.2  Rumusan Masalah .....................................................................         2
1.3  Tujuan........................................................................................         2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian peran bidan sebagai motivator.................................         3
2.2 Kategori tugas bidan sebagai motivator.....................................         3
BAB III ANALISA KASUS DAN MASALAH......................................        12
BAB IV APLIKASI...................................................................................        14
BAB V PENUTUP
4.1  Kesimpulan................................................................................        15  
4.2  Saran..........................................................................................        15  
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................        16  

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia, sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran bidan dalam masyarakat sangat dibutuhkan dan dihargai serta dihormati, karena tugas bidan yang sangat mulia.
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.
Sebagai seorang bidan janganlah memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi. Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan.
Peranan bidan yang tampak nyata  adalah sebagai role model masyarakat, sebagai anggota masyarakat, advocatoar motivator, educator dan motivator,fasilitator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan seebuah pelayanan kesehatan. Tuntutan professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah telah mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam rangka menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil.
Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya dan juga bidan dapat memberikan informasi tentang KB yang sesuai terhadap masing-masing individu dalam masyarakat.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan peran bidan sebagai motivator?
2.      Apa saja kategori tugas bidan sebagai motivator?

1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang peran bidan sebagai motivator pengembangan kesehatan masyarakat
Tujuan Khusus
1.      Agar mahasiswa mengetahui peran bidan sebagai motivator
2.      Agar mahasiswa mengetahui kategori tugas bidan sebagai motivator


TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peran bidan sebagai motivator
Memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi (dukun, kader kesehatan, masyarakat) untuk tumbuh kembang kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Bidan ingin memotivasi dukun, kader kesehatan, masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama KIA/KB.
Upaya yang di lakukan bidan sebagai pendamping adalah menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah itu

2.2  Kategori tugas bidan sebagai motivator
Sebagai motivator, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
1.      Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1)      Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup:
a.       Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b.      Menentukan diagnosis.
c.       Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
d.      Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.       Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.

2)      Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup:
a.   Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
b.   Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c.   Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d.   Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e.   Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f.    Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g.   Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

3)      Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup:
a.       Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
b.      Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f.       Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
g.      Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien,
h.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.

4)      Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
b.      Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.       Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f.       Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
g.      Membuat asuhan kebidanan.

5)      Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:
a.       Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
b.      Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e.       Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut.
g.      Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan.

6)      Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
b.      Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e.       Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

7)      Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
b.      Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c.       Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
d.      Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e.       Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan laporan.

8)      Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
a.       Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.
c.       Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e.       Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

9)      Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
b.      Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
c.       Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d.      Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.

2.      Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1)      Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup:
a.       Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c.       Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta berkerjasama dengan klien.
d.      Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e.       Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

2)      Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.
c.       Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

3)      Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan
c.       Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan risiko tinggi.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

4)      Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan rencana.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

5)      Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.       Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

6)      Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.       Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d.      Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan pertolongan pertama.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.

3.      Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1)      Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c.       Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d.      Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan incervensi.

2)      Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c.       Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.      Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e.       Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
f.       Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.

3)      Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c.       Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.      Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.       Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan intervensi.

4)      Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c.       Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.      Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
e.       Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.

5)      Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsulrasi serta rujukan.
b.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c.       Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d.      Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.       Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

6)      Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
b.      Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c.       Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d.      Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.       Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.


BAB III
ANALISA KASUS DAN MASALAH
     
KB Pria Tanda Cinta
Nama               : Bidan Ni Nyoman Rai Sudani
Usia                 : 51 tahun
Bidan              : sejak tahun 1982
Lokasi             : Kecamatan Abiansemal, Kab. Badung, Bali
Penghargaan    : juara 1 lomba KB pria, kab. Badung, juara 1 kader teladan propinsi Bali, (training: in house training dasar hukumb kesehatan,manajemen ormas dan  LSM)


Ni Nyoman rai Sudani, lahir di Badung, Bali pada 28 Oktober 1960. Sebagai bidan di puskesmas Abiansemal 3, Badung, Bali beliau aktif mempromosikan KB pria (Vasektomi) di wilayahnya.
Kecamatan Abiansemal berlokasi sekitar 15 Km dari pusat Kabupaten Badung, Bali. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani di samping pedagang dan tukang.
Untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, Ibu Rai Sudani menjadi mitra warga Abiansemal yang ingin melakukan program keluarga berencana (KB). Namun selama melayani peserta KB di daerahnya, beliau banyak menerima keluhan dari para ibu yang bermasalah dengan alat kontrasepsi yang dipakainya. Masalah yang dihadapi biasanya berhubungan dengan menstruasi yang tidak lancar, sakit, dan mengeluarkan terlalu banyak darah. Selain itu 5 pasiennya tetap hamil walau sudah ber-KB.
Masalah ini teryata juga pernah dialami oleh Bidan Rai Sudani sendiri beberapa tahun yang lalu sebelum suaminya memutuskan untuk mengikuti KB Vasektomi. Berdasarkan pengalamanya, KB Vasektomi mampu menghindarkan perempuan dari efek samping pemakaian kontrasepsi wanita namun aman bagi pria. Berangkat dari pengalaman ini Ibu Rai Sudani kemudian tergerak untuk mempromosikan KB Vasektomi di kecamatan Abiansemal.
Kegiatan promosi KB Vasektomi ini antara lain melakukan konseling kepada calon akseptor. Akseptor ini diprioritaskan dari keluarga kurang mampu dan mempunyai anak lebih dari 2. Selain itu juga diadakan pertemuan rutin para akseptor vasektomi setiap bulan. Usaha mempromosikan KB Vasektomi ini bukan tanpa masalah. Masyarakat sampai saat ini masih mempercayai rumor bahwa KB Vasektomi dapat menimbulkan gangguan dan mengurangi kenikmatan berhubungan seksual bagi pemakainya. Padahal berdasarkan pengalaman selama ini, para akseptor vasektomi tidak mengalami masalah seperti itu. Justru melindungi istri untuk terhidar dari efeksamping dari kontrasepsi. Bidan Rai Sudani telah menghimpun 15 orang peserta Vasektomi yang kini menjadi promotor kepada anggota masyarakat yang lain.
http://www.sarihusada.co.id/css/images/gambar_bawah.png© 2011 Sarihusada. All rights reserved.
BAB IV
APLIKASI
Dalam kasus di atas, peran Bidan sebagai motivator adalah untuk memotivasi dan mengajak para pasangan suami istri untuk saling mendiskusikan tentang KB yang sesuai untuk mereka. Selain itu bidan juga harus menjelaskan keuntungan dan kerugian dari macam- macam KB. Dan dari kasus di atas , dapat dilihat banyaknya wanita yang memakai KB mengalami berbagai masalah seperti haid kurang lancar, sakit, dan mengeluarkan terlalu banyak darah. Selain itu 5 pasiennya tetap hamil walau sudah ber-KB.
Berpedoman dari pengalamannya sendiri, Bidan tersebut menyarankan KB pria (vasektomi ) sebagai salah satu alternaltif lain. Hal ini di dasarkan pada kelebihan dari Kb pria. Kegiatan promosi KB Vasektomi ini pun dilakukan sebagai upaya untuk memotivasi para suami agar mau melakukan KB antara lain melakukan konseling kepada calon akseptor. Akseptor ini diprioritaskan dari keluarga kurang mampu dan mempunyai anak lebih dari 2. Selain itu, juga diadiadakan pertemuan rutin para akseptor vasektomi setiap bulan. Dari pengalaman yang ada, para akseptor vasektomi tidak mengalami masalah dalam berhubungan dengan  istrinya. Justru melindungi istri untuk terhidar dari efek samping penggunaan kontrasepsi.

BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Persyaratan utama untuk masyarakat berpartisipasi adalah MOTIVASI. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya menstimulasi saja, untuk itu, maka pendidikan atau promosi kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.

5.2  Saran
Sebagai tenaga medis diharapkan untuk dapat senantiasa memberi motivasi kepada masyarakat untuk berubah menjadi lebih baik dan menyumbangkan pengetahuan yang dimilikinya kepada masyarakat untuk kemajuan dan pemecahan masalah yang dihadapi dilingkungannya.
Sebagai mahasiswa diharapkan dapat mempelajari dengan baik dan nantinya dapat menerapkan dalam dunia kerja, peran bidan sebagai motivator untuk kemajuan suatu wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo,soekidjo.2005.Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi.Jakarta: Rineka Cipta

1 komentar:

  1. According to Stanford Medical, It is really the one and ONLY reason this country's women live 10 years more and weigh on average 19 kilos less than we do.

    (And actually, it is not related to genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING around "how" they are eating.)

    P.S, What I said is "HOW", and not "WHAT"...

    CLICK this link to determine if this brief questionnaire can help you decipher your true weight loss possibility

    BalasHapus

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA DEWASA A.      DEFINISI ·          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau t...