DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian peran bidan sebagai motivator................................. 3
2.2 Kategori tugas bidan sebagai motivator..................................... 3
BAB III ANALISA KASUS DAN MASALAH...................................... 12
BAB IV APLIKASI................................................................................... 14
BAB
V PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................ 15
4.2 Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidan
merupakan salah satu profesi tertua di dunia, sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu melahirkan. Peran bidan dalam masyarakat sangat dibutuhkan dan dihargai
serta dihormati, karena tugas bidan yang sangat mulia.
Bidan muncul
sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran
bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu
melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.
Sebagai
seorang bidan janganlah memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas
seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi. Pasien wajib
memberikan hak kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan.
Peranan bidan yang tampak nyata
adalah sebagai role model masyarakat, sebagai anggota masyarakat,
advocatoar motivator, educator dan motivator,fasilitator, tentunya kompetensi
seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan
pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea”
untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan seebuah pelayanan kesehatan.
Tuntutan professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah
terpencil. Pemerintah telah mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS. Suatu
langkah aktif dalam rangka menyongsong peningkatan pelayanan di daerah
terpencil.
Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya
mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan
memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan
sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya dan juga bidan dapat
memberikan informasi tentang KB yang sesuai terhadap masing-masing individu
dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan peran bidan
sebagai motivator?
2.
Apa saja kategori tugas bidan
sebagai motivator?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang peran
bidan sebagai motivator pengembangan kesehatan masyarakat
Tujuan
Khusus
1. Agar mahasiswa
mengetahui peran bidan sebagai motivator
2. Agar
mahasiswa mengetahui kategori tugas bidan sebagai motivator
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Peran bidan sebagai motivator
Memberikan
motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi
(dukun, kader kesehatan, masyarakat) untuk tumbuh kembang kearah pencapaian
tujuan yang diinginkan.
Bidan ingin memotivasi dukun, kader kesehatan,
masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terutama KIA/KB.
Upaya
yang di lakukan bidan sebagai pendamping adalah menyadarkan dan mendorong
kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan
potensinya untuk memecahkan masalah itu
2.2 Kategori
tugas bidan sebagai motivator
Sebagai motivator, bidan memiliki tiga kategori tugas,
yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
1.
Tugas mandiri
Tugas-tugas
mandiri bidan, yaitu:
1)
Menetapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup:
a.
Mengkaji status kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b.
Menentukan diagnosis.
c.
Menyusun rencana tindakan sesuai
dengan masalah yang dihadapi.
d.
Melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
e.
Mengevaluasi tindakan yang telah
diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut
kegiatan/tindakan.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan
kegiatan/tindakan.
2)
Memberi pelayanan dasar pranikah
pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup:
a. Mengkaji
status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
b. Menentukan
diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun
rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan
tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi
hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat
rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat
pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3)
Memberi asuhan kebidanan kepada
klien selama kehamilan normal, mencakup:
a.
Mengkaji status kesehatan klien yang
dalam keadaan hamil.
b.
Menentukan diagnosis kebidanan dan
kebutuhan kesehatan klien.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan bersama klien.
f.
Membuat rencana tindak lanjut asuhan
yang telah diberikan bersama klien.
g.
Membuat rencana tindak lanjut asuhan
kebidanan bersama klien,
h.
Membuat pencatatan dan pelaporan
asuhan kebidanan yang telah diberikan.
4)
Memberi asuhan kebidanan kepada
klien dalam masa persalinar dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
pada klien dalam masa persalinan.
b.
Menentukan diagnosis dan kebutuhan
asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
e.
Mengevaluasi asuhan yang telah
diberikan bersama klien.
f.
Membuat rencana tindakan pada ibu selama
masa persalinan sesuai dengan prioriras.
g.
Membuat asuhan kebidanan.
5)
Memberi asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir, mencakup:
a.
Mengkaji status keselhatan bayi baru
lahir dengan melibatkan keluarga.
b.
Menentukan diagnosis dan kebutuhan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
sesuai prioritas.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
e.
Mengevaluasi asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut.
g.
Membuat rencana pencatatan dan
pelaporan asuhan yang telah diberikan.
6)
Memberi asuhan kebidanan pada klien
dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa nifas.
b.
Menentukan diagnosis dan kebutuhan
asuhan kebidanan pada masa nifas.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
berdasarkan prioritas masalah.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan rencana.
e.
Mengevaluasi bersama klien asuhan
kebidanan yang telah diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut asuhan
kebidanan bersama klien.
7)
Memberi asuhan kebidanan pada wanita
usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan pelayanan
keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
b.
Menentukan diagnosis dan kebutuhan
pelayanan.
c.
Menyusun rencana pelayanan KB sesuai
prioritas masalah bersama klien.
d.
Melaksanakan asuhan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat.
e.
Mengevaluasi asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut
pelayanan bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan laporan.
8)
Memberi asuhan kebidanan pada wanita
dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta
menopause, mencakup:
a.
Mengkaji status kesehatan dan
kebutuhan asuhan klien.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis,
prioritas, dan kebutuhan asuhan.
c.
Menyusun rencana asuhan sesuai
prioritas masalah bersama klien.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan rencana.
e.
Mengevaluasi bersama klien hasil
asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan
asuhan kebidanan.
9)
Memberi asuhan kebidanan pada bayi
dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
b.
Menentukan diagnosis dan prioritas
masalah.
c.
Menyusun rencana asuhan sesuai
dengan rencana.
d.
Melaksanakan asuhan sesuai dengan
prioritas masalah.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan.
f.
Membuat rencana tindak lanjut.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan
asuhan.
2.
Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas
kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1)
Menerapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga. mencakup:
a.
Mengkaji masalah yang berkaitan
dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c.
Merencanakan tindakan sesuai dengan
prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta berkerjasama dengan
klien.
d.
Melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana dan dengan melibatkan klien.
e.
Mengevaluasi hasil tindakan yang
telah diberikan.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
2)
Memberi asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus
risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.
Menentukam diagnosis, prognosis, dan
prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan pada kasus
risiko tinggi.
c.
Menyusun rencana asuhan dan tindakan
pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan pada
kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai
dengan prioritas.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
dan pertolongan pertama.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
3)
Memberi asuhan kebidanan pada ibu
dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan
c.
Menyusun rrencana asuhan kebidanan
pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
sesuai dengan prioritas.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama
sesuai dengan priositas.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan risiko tinggi.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
4)
Memberi asuhan kebidanan pada ibu
dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga,
mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu
dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan pertolongan pertarna sesuai
dengan prioritas.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan dengan
risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan rencana.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
dan pertolongan pertama.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
5)
Memberi asuhan kebidanan pada bay,
baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.
Menyusun rencana asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama
sesuai dengan prioritas.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
dan pertolongan pertama.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
6)
Memberi asuhan kebidanan pada balita
dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien dan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan pada
balita dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan
kolaborasi.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan.
c.
Menyvsun rencana asuhan kebidanan
pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai
dengan prioritas.
d.
Melaksanakan asuhan kebidanan pada
balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman
dan pertolongan pertama.
f.
Menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien.
g.
Membuat pencatatan dan pelaporan.
3.
Tugas ketergantungan
Tugas-tugas
ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1)
Menerapkan manajamen kebidanan ,pada
setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga,
mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan
yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan
rujukan.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk kebmuuhan intervensi lebih
lanjut bersama klien/keluarga.
c.
Merujuk klien uncuk keperluan
iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan kesehaatan yang
berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan incervensi.
2)
Memberi asuhan kebidanan melalui
konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan, mencakup:
a.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas.
c.
Memberi pertolongan pertama pada
kasus yang memerlukan rujukan.
d.
Memberi asuhan kebidanan melalui
konsultasi dan rujukan.
e.
Mengirim klien untuk keperluan
intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang
berwenang.
f.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
3)
Memberi asuhan kebidanan melalui
konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji adanya penyulit dan kondisi
kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas.
c.
Memberi pertolongan pertama pada
kasus yang memerlukan rujukan.
d.
Merujuk klien untuk keperluan
intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang
berwenang.
e.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan intervensi.
4)
Memberi asuhan kebidanan melalui
konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit
tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji adanya penyulit dan kondisi
kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi serta
rujukan.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas.
c.
Memberi pertolongan pertama pada
kasus yang memerlukan rujukan.
d.
Mengirim klien untuk keperluan
intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang
berwenang
e.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
5)
Memberi asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
serta rujukan dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji adanya penyulit dan kondisi
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsulrasi serta rujukan.
b.
Menentukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas.
c.
Memberi pertolongan pertama pada
kasus yang memerlukan rujukan
d.
Merujuk klien untuk keperluan
intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang
berwenang.
e.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta dokumentasi.
6)
Memberi asuhan kebidanan kepada anak
balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
a.
Mengkaji adanya penyulit dan
kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
b.
Menenrukan diagnosis, prognosis, dan
prioritas.
c.
Memberi pertolongan pertama pada
kasus yang memerlukan rujukan
d.
Merujuk klien untuk keperluan
intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang
berwenang.
e.
Membuat pencatatan dan pelaporan
serta dokumentasi.
BAB III
ANALISA KASUS DAN MASALAH
KB
Pria Tanda Cinta
Nama : Bidan Ni Nyoman Rai Sudani
Usia : 51 tahun
Bidan : sejak tahun 1982
Lokasi : Kecamatan Abiansemal, Kab.
Badung, Bali
Penghargaan : juara 1 lomba KB pria, kab. Badung, juara
1 kader teladan propinsi Bali, (training: in house training dasar hukumb kesehatan,manajemen
ormas dan LSM)
Ni Nyoman rai Sudani, lahir di Badung, Bali pada 28 Oktober 1960. Sebagai bidan di puskesmas Abiansemal 3, Badung, Bali beliau aktif mempromosikan KB pria (Vasektomi) di wilayahnya.
Kecamatan Abiansemal
berlokasi sekitar 15 Km dari pusat Kabupaten Badung, Bali. Mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai petani di samping pedagang dan tukang.
Untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera, Ibu Rai Sudani menjadi mitra warga Abiansemal yang
ingin melakukan program keluarga berencana (KB). Namun selama melayani peserta
KB di daerahnya, beliau banyak menerima keluhan dari para ibu yang bermasalah
dengan alat kontrasepsi yang dipakainya. Masalah yang dihadapi biasanya
berhubungan dengan menstruasi yang tidak lancar, sakit, dan mengeluarkan
terlalu banyak darah. Selain itu 5 pasiennya tetap hamil walau sudah ber-KB.
Masalah ini teryata juga
pernah dialami oleh Bidan Rai Sudani sendiri beberapa tahun yang lalu sebelum
suaminya memutuskan untuk mengikuti KB Vasektomi. Berdasarkan pengalamanya, KB
Vasektomi mampu menghindarkan perempuan dari efek samping pemakaian kontrasepsi
wanita namun aman bagi pria. Berangkat dari pengalaman ini Ibu Rai Sudani kemudian
tergerak untuk mempromosikan KB Vasektomi di kecamatan Abiansemal.
Kegiatan promosi KB
Vasektomi ini antara lain melakukan konseling kepada calon akseptor. Akseptor
ini diprioritaskan dari keluarga kurang mampu dan mempunyai anak lebih dari 2.
Selain itu juga diadakan pertemuan rutin para akseptor vasektomi setiap bulan.
Usaha mempromosikan KB Vasektomi ini bukan tanpa masalah. Masyarakat sampai
saat ini masih mempercayai rumor bahwa KB Vasektomi dapat menimbulkan gangguan
dan mengurangi kenikmatan berhubungan seksual bagi pemakainya. Padahal
berdasarkan pengalaman selama ini, para akseptor vasektomi tidak mengalami
masalah seperti itu. Justru melindungi istri untuk terhidar dari efeksamping
dari kontrasepsi. Bidan Rai Sudani telah menghimpun 15 orang peserta Vasektomi
yang kini menjadi promotor kepada anggota masyarakat yang lain.
© 2011 Sarihusada. All rights reserved.
BAB IV
APLIKASI
Dalam kasus di atas, peran Bidan sebagai motivator adalah untuk
memotivasi dan mengajak para pasangan suami istri untuk saling mendiskusikan
tentang KB yang sesuai untuk mereka. Selain itu bidan juga harus menjelaskan
keuntungan dan kerugian dari macam- macam KB. Dan dari kasus di atas , dapat
dilihat banyaknya wanita yang memakai KB mengalami berbagai masalah seperti
haid kurang lancar, sakit, dan
mengeluarkan terlalu banyak darah. Selain itu 5 pasiennya tetap hamil walau
sudah ber-KB.
Berpedoman dari
pengalamannya sendiri, Bidan tersebut menyarankan KB pria (vasektomi ) sebagai
salah satu alternaltif lain. Hal ini di dasarkan pada kelebihan dari Kb pria.
Kegiatan promosi KB Vasektomi ini pun dilakukan sebagai upaya untuk memotivasi
para suami agar mau melakukan KB antara lain melakukan konseling kepada calon
akseptor. Akseptor ini diprioritaskan dari keluarga kurang mampu dan mempunyai
anak lebih dari 2. Selain itu, juga diadiadakan pertemuan rutin para akseptor
vasektomi setiap bulan. Dari pengalaman yang ada, para akseptor vasektomi tidak
mengalami masalah dalam berhubungan dengan
istrinya. Justru melindungi istri untuk terhidar dari efek samping
penggunaan kontrasepsi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Persyaratan utama untuk masyarakat
berpartisipasi adalah MOTIVASI. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk
berpartisipasi di segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu
sendiri dan pihak luar hanya menstimulasi saja, untuk itu, maka pendidikan atau
promosi kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
5.2 Saran
Sebagai tenaga medis diharapkan
untuk dapat senantiasa memberi motivasi kepada masyarakat untuk berubah menjadi
lebih baik dan menyumbangkan pengetahuan yang dimilikinya kepada masyarakat
untuk kemajuan dan pemecahan masalah yang dihadapi dilingkungannya.
Sebagai mahasiswa diharapkan dapat
mempelajari dengan baik dan nantinya dapat menerapkan dalam dunia kerja, peran
bidan sebagai motivator untuk kemajuan suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo,soekidjo.2005.Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi.Jakarta: Rineka Cipta
According to Stanford Medical, It is really the one and ONLY reason this country's women live 10 years more and weigh on average 19 kilos less than we do.
BalasHapus(And actually, it is not related to genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING around "how" they are eating.)
P.S, What I said is "HOW", and not "WHAT"...
CLICK this link to determine if this brief questionnaire can help you decipher your true weight loss possibility