LAPORAN PENDAHULUAN
HEMANGIOMA
A.
Definisi
Kata
Hemangioma diambil dari bahasa Latin yang merupakan gabungan unsur kata yakni
haema (darah) - angeio (pembuluh) - oma (pelebaran atau benjolan yang bersifat
jinak).hemangioma adalah pelebaran pembuluh darah, baik pembuluh vena maupun
pembuluh darah lainnya. Jumlah pembuluh darahnya lebih banyak dari
normal.
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat gangguan
pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ
seperti hati, limpa, otak, tulang, dan kulit (Hamzah Mochtar. 1999).
Hemangioma adalah suatu kelainan pembuluh darah bawaan yang tidak ikut
aktif dalam peredaran darah umum. Hemangioma bukanlah tumor neoplastik
sekalipun mempunyai kecenderungan untuk membesar. Ia merupakan “mesodermal
excess” dari jaringan “vaso formative”.
Hemangioma adalah tumor jaringan lunak yang
tersering pada bayi baru lahir dengan persentase 5-10% pada anak-anak yang
berusia kurang dari satu tahun. Meskipun dilihat dari jumlah kejadian
hemangioma yang cukup besar pada anak-anak, tapi patogenesisnya tidak
sepenuhnya dapat dimengerti, dan penanganan yang terbaik untuk hemangioma masih
kontroversial (Cathy, 1999)
Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah
(Anonim, 2005).
B.
Etiologi
Penyebab
hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki
peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast
Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai
peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan
angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya
gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth
factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.
Hal yang
baru diketahui sampai saat ini adalah bahwa hemangioma :
-
biasanya dibawa anak sejak lahir.
-
lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
-
lebih banyak ditemukan terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak
laki-laki.
-
lebih sering terjadi pada anak kembar.
- lebih sering dijumpai pada ras Kaukasia
daripada ras lainnya, seperti Afrika dan Asia.
C.
Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan
involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan
dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan
petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel
meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan
dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular
tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel
endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk
proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic
fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor,
urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi
(Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al.,
2002).
Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana
ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase
istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana
hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma
dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit
sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas
pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap,
tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005).
D.
Klasifikasi Hemangioma
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada
kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang
lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus
kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma
campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003).
A. Hemangioma
kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa
hari sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang
dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak
merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan
berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan
ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer,
2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering
terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun
sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada
semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang
sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat
bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998; Hamzah, 1999).
B. Hemangioma
kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula
eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan
mengempis dan cepat mengembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen
vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan
(Cohen, 2004; Anonim, 2005).
Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan
jaringan yang dalam, pada otot atau organ dalam (Hall, 2005).
C. Hemangioma
campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan
jenis kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis
tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya
unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa
tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya
dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al.,
1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan
dalam, atau organ dalam (Hall, 2005).
Beberapa
literatur menyebutkan hemangioma yang lain diantaranya:
1.
Intramuscular hemangioma
Intramuscular hemangioma sering terjadi pada dewasa
muda, 80-90% diderita oleh orang yang berumur kurang dari 30 tahun. Hemangioma
ini lebih sering terjadi pada ekstremitas inferior, terutama di paha dan khas
ditunjukkan dengan massa pada palpasi dan perubahan warna pada permukaan kulit
di sekitar area hemangioma. Intramuscular hemangioma bisa asimptomatik
atau dapat juga muncul dengan gejala-gejala seperti pembesaran ekstremitas,
peningkatan suhu pada area hemangioma, perubahan warna pada permukaan kulit,
dan sakit (Olmstead, et al., 1994; Enneking, et al., 1998; Katz, et
al., 2002). Gambaran yang menyerupai ular pada pembuluh darah menunjukkan
tanda yang kuat dari hemangioma (Katz, et al., 2002).
2.
Synovial hemangioma
Synovial hemangioma kasusnya jarang terjadi. Pada
artikulasio sinovial terdapat eksudat cairan yang berulang, nyeri, dan
menunjukkan gejala gangguan mekanik (MacDonald, et al., 1999; Katz, et
al., 2002).
3. Osseus
hemangioma
Osseus hemangioma sering ditemukan dalam bentuk
kecil-kecil, tetapi dapat menyebabkan nyeri dan bengkak. Pada tulang tengkorak
dapat berhubungan dengan bengkak, eritema, lunak, atau kelainan bentuk. Pada
kasus-kasus yang jarang, vertebrae hemangioma bisa menyebabkan penekanan
pada korda dan fraktur, tapi kebanyakan vertebrae hemangioma biasanya
asimptomatik (Katz, et al., 2002).
Osseus hemangioma biasanya solid (melibatkan satu
tulang) atau fokal (melibatkan satu tulang atau tulang di dekatnya pada satu
area). Penulis lain memberi definisi yang berbeda. Beberapa penulis mengatakan
bahwa hemangiomatosis merupakan multipel hemangioma yang berlokasi di antara
tulang yang saling berdekatan atau bersebelahan. Multipel hemangioma juga
dihubungkan dengan cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan
komponen jaringan lunak. Skeletal-ektraskeletal angiomatosis diartikan sebagai
hemangioma yang mempengaruhi kanalis vertebralis, selama tidak berada satu
tempat (Katz, et al., 2002).
4.
Choroidal hemangioma
Choroidal hemangioma dapat tumbuh di dalam pembuluh
darah retina yang disebut koroid. Jika terdapat pada makula (pusat penglihatan)
atau terdapat kebocoran cairan dapat menyebabkan pelepasan jaringan retina (retinal
detachment). Perubahan ini dapat mempengaruhi penglihatan. Kebanyakan choroidal
hemangioma tidak pernah tumbuh atau terjadi kebocoran cairan dan mungkin
dapat diobservasi tanpa pengobatan (Finger, 2004). Walaupun tidak terdapat
robekan, kista pada retina dengan degenerasi fovea menyebabkan penurunan
ketajaman visus sampai 20/200 (Finger, 2004).
5. Spindle
cell hemangioma
Spindle cell hemangioma (hemangioendothelioma)
merupakan lesi vaskular yang tidak jelas dimana biasanya berlokasi di dermis
atau subkutis dari ekstremitas distal (terutama sekali pada tangan) (Roy, 2000;
Katz, et al., 2002).
6. Gorham
disease
Gorham disease dapat menimbulkan nyeri tumpul atau
lemah dan jarang dicurigai lebih awal pada evaluasi dengan radiografi.
Penderita biasanya berumur kurang dari 40 tahun. Secara histologi Gorham
disease khas menampakkan hipervaskularisasi dari tulang. Proliferasi
vaskular sering mengisi kanalis medularis (Katz, et al., 2002).
7.
Kassabach-Merritt syndrome
Kassabach-Merritt syndrome komplikasi dari pembesaran
pembuluh darah yang cepat yang ditandai dengan hemolitik anemia,
trombositopeni, dan koagulopati. Kassabach-Merritt syndrome
terlihat berhubungan dengan stagnasi aliran pada hemangioma yang besar, dengan
banyaknya trombosit yang tertahan dan terjadi penggunaan faktor koagulan yang
tidak diketahui sebabnya (consumptive coagulopathy) (Kushner, et al.,
1999; Katz, et al., 2002).
E.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang
ditunjukkan tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi
baru lahir, hemangioma dimulai dengan makula pucat dengan teleangiektasis.
Sejalan dengan perkembangan proliferasi tumor gambarannya menjadi merah
menyala, mulai menonjol, dan noncompressible plaque. Hemangioma yang
terletak di dalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan warna
kebiruan. Seringkali, hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit.
Hemangioma memiliki diameter beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Hemangioma bersifat solid, tapi sekitar 20% mempunyai pengaruh pada
bayi dengan lesi yang multipel (Kushner, et al., 1999; Katz, et al.,
2002; Drolet, et al., 2004).
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita
hemangioma dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi
prematur. Kurang lebih 55% hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan
perkembangannya pada saat minggu pertama kehidupan. Dulunya, hemangioma
menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan kebanyakan terjadi
resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan tumor
pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui,
sangat sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase involusi untuk
setiap individu. Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang maksimal
sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam mungkin berproliferasi
untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus dapat mencapai 2 tahun. Onset dari
involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya digambarkan dari perubahan
warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-abuan. Kira-kira 20-40% dari pasien
mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada ujung hidung, bibir, dan
daerah parotis biasanya involusinya lambat dan sangat besar. Hemangioma
superfisial pada muka sering meninggalkan noda berupa sikatrik (Kushner, et
al., 1999; Katz, et al., 2002).
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir
atau beberapa saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa
minggu atau beberapa bulan; warnanya merah terang bila jenis strawberry
atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah tercapai, biasanya
pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap (Katz, et al., 2002).
F.
Penegak Diagnosa
Hampir pada seluruh kasus,
diagnosis dapat ditegakkan secara ekslusif berdasarkan pemeriksaan fisis dan
riwayat penyakit. Namun demikian, beberapa jenis hemangioma dapat
disalahartikan sebagai malformasi vaskular atau jenis tumor lain, sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut : [4]
1. USG
Ultrasonografi berguna
untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang dalam ataupun subkutan,
seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum mempunyai keterbatasan untuk
mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler
(2 kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5
pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan menggunakan alat
ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik untuk mengenali suatu
hemangioma infantil dan membedakannya dari massa jaringan lunak lain. [5]
2. MRI
MRI merupakan modalitas
imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan
dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu membedakan hemangioma yang sedang
berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi yang lain (misalnya malformasi
arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran seperti pada
lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi vena. [6]
3. CT scan
Pada sentra yang
tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan walaupun cara ini
kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah. Penggunaan kontras
dapat membantu membedakan hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain
yang menyerupai hemangioma. [7]
4. Foto polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto
sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah hemangioma mengganggu jalan
nafas. [8]
5. Biopsi
kulit
Biopsi
diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan
hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan
immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat
terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.
G.
Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran
lesinya khas, tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah
untuk ditegakkan, terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam (Olmstead,
et al., 1994; Pieter, et al., 1997).
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam
membedakan kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif.
Ultrasonografi dengan Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak
bersifat invasif dan dapat menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi yang
merupakan karakteristik dari hemangioma, demikian dapat membedakan antara
hemangioma dengan tumor solid (Abdel-Mota´al, et al., 1996; Katz, et
al., 2002).
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan
karena tidak dapat menggambarkan masa yang lunak, sedangkan pada hemangioma
kavernosum biasanya dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi.
Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan pada cavitas cavernosum (phleboliths).
Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan peningkatan
konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan.
Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui
pembesaran hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) menunjukkan karakteristik internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas
membedakan dari otot-otot yang ada di sekitarnya (Abdel-Mota´al, et al.,
1996; Kushner, et al., 1999).
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus
hemangioma dalam atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk
memastikan bahwa struktur yang dalam tidak terlibat (Kantor, 2004).
H.
Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi
ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya. Penyebabnya
ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di
bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2. Ulkus
Ulkus
menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat
ruptur (Kushner, et al., 1999).
Hemangioma
kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder
(Kantor, 2004).
3.
Trombositopenia
Jarang
terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa
dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4. Gangguan
penglihatan
Pada regio
periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan
harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari
sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan
komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi
dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al.,
1999).
Hemangioma
pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan penglihatan normal dan harus
diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan (Kantor, 2004).
5. Masalah
psikososial (Drolet, et al., 2004).
6. Dengan persentase yang sangat kecil hemangioma bisa
menyebabkan obstruksi jalan nafas, gagal jantung (Enneking, et al.,
1998; Cohen, 2004).
I.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ialah terhadap
tumor kulit lainnya, yaitu limfangioma, lipoma, dan neurofibroma (Hamzah,
1999).
J.
Penanganan
Ada 2 cara
pengobatan:
1. Cara
konservatif
Pada perjalanan
alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama,
kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan
sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun
(Hamzah, 1999).
Hemangioma
superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila
hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal
(Kantor, 2004).
2. Cara aktif
Hemangioma
yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh
pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang
mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang
mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi
deformitas jaringan (Anonim, 2005).
a.
Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat,
misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi
pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang
terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin
memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
b. Radiasi
Pengobatan
radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang
pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu
lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
Walaupun
radiasi digunakan secara luas dalam masa lampau untuk mengobati hemangioma,
pada saat ini jarang digunakan karena komplikasi jangka lama terapi radiasi,
serta fakta bahwa kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi (Hamzah, 1999).
c.
Kortikosteroid
Kriteria
pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila
melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh
dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara
mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya
banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5.
Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid
yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma
mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan
campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan
perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan
kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada
lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma
kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya
diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat,
sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma
campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung
pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan
kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi
sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat
(Anonim, 2005).
d. Obat
sklerotik
Penyuntikan
bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%,
HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara
ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah,
1999).
e.
Elektrokoagulasi
Cara ini
dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga
untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
f. Pembekuan
Aplikasi
dingin dengan memakai nitrogen cair (Hamzah, 1999).
g.
Antibiotik
Antibiotik
diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan
perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Hamzah Mochtar. (1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aescullapius. Jakarta.
MacDonald, D., Gollish, J. December 23, 1999 Synovial
Hemangioma, dalam New England Journal of Medicine 1999;
341:2018-2019.
Olmstead, P. M., & Graham, W. P. 1994 Kelainan Bedah
pada Kulit, dalam Buku Ajar Bedah Sabiston, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Cetakan I Bagian 2, Jakarta, 426-427.
Pieter, J., & Halimun, E. M. 1997 Tindak Bedah: Organ
dan Sistem Organ Kulit, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi Revisi, Jakarta, 428-30.