BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Konsep tentang
manusia menjadi penting karena ia termasuk bagian pandangan hidup. Oleh karena
itu konsep manusia itu penting bukan demi pengetahuan manusia saja, tetapi
lebih penting karena syarat bagi pembenaran kritis dan landasan yang aman bagi
pengetahuan manusia.
Memang
sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang “Sehat
Itu Mahal”. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan
nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala
menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien
berfungsi secara normal.
Konsep
sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama
faktor sosial budaya. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,
kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan
pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin
ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosial budaya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud manusia sebagai system?
2.
Apa
yang dimaksud manusia sebagai adaptif?
3.
Apa
yang dimaksud manusia sebagai holistik?
4.
Apa perbedaan pengertian sehat dan sakit
menurut para ahli ?
5.
Bagaimana terjadinya rentang sehat sakit ?
6.
Apa pengertian status kesehatan?
7.
Apa faktor yang mempengaruhi sehat?
8.
Apa saja penyebab penyakit?
9.
Apa saja jenis penyakit?
10.
Bagaimana perilaku sehat dan sakit itu ?
11.
Apa saja faktor yang mempengaruhi sakit?
12.
Siapa saja yang mendapatkan dampak
hospitalisasi ?
13.
Bagaimana peran perawat terhadap adanya sakit ?
1.3
TUJUAN
1.
Mengetahui
manusia sebagai system
2.
Mengetahui
manusia sebagai adaptif
3.
Mengetahui
manusia sebagai holistik
4.
Mengetahui definisi sehat dan sakit
5.
Mengetahui pebedaan definisi sehat menurut para
ahli
6.
Mengetahui status kesehatan
7.
Mengetahui factor yang mempengaruhi sehat
8.
Mengetahui penyebab penyakit
9.
Mengetahui jenis penyakit
10.
Mengetahui perilaku sehat dan sakit
11.
Mengetahui factor yang mempengaruhi sakit
12.
Mengetahui siapa yang mendapatkan dampak
hospitalisasi
13.
Mengetahui peran perawat terhadap sakit
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Sebagai Sistem
Manusia
ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem
yang membentuk suatu totalitas yakni sistem adaptif, sistem personal, sistem
interpersonal, dan sistem social.
Manusia sebagai sistem adaptif yaitu proses
perubahan individu sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi integritas atau keutuhan.
Manusia sebagai sistem personal yaitu setiap
manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang.
Manusia sistem interpersonal yaitu setiap manusia berinteraksi, berperan dalam
masyarakat dan berkomunikasi terhadap orang lain.
Manusia sebagai sistem social yaitu manusia memiliki kekuatan dan wewenang
dalam pengambilan keputusan dalam lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan
tempat kerja.
Manusia sebagai system terbuka yang terdiri
dari berbagai sub system yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi
satu total system. Terdiri dari beberapa komponen :
a.
Komponen Biologik adalah anatomi tubuh
b. Komponen
Psikologik adalah kejiwaan
c. Komponen
Sosial adalah lingkungan
d. Komponen
Kultural adalah nilai budaya
e. Komponen Spiritual
adalah Kepercayaan agama
2.2 Manusia Sebagai Adaptif
Adaptasi adalah
proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon
terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas
atau keutuhan. Lingkungan : seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi
perkembangan organisme atau kelompok organism.
Model konsep
adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Asumsi dasar
model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia
adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Manusia
menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3. Setiap orang
memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada
dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
4. Kemampuan
adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan
sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Dalam memahami
konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model
adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang
dimilikinya diantaranya:
1. Manusia
sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Untuk
mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang
terjadi.
3. Terdapat
tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung
beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
seseorang individu.
b. Kontekstual
stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur secara subjektif.
c. Residual
stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi.
4. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi
diantaranya:
- Pertama, fungsi fisiologis, komponen
system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
- Kedua, konsep diri yang mempunyai
pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
- Ketiga, fungsi peran merupakan proses
penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal
pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain
- Keempat, interdependent merupakan
kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.
5. Dalam proses
penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan
tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan
sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Roy
mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih
spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara
adaptasi yaitu :
a.
fungsi fisiologis,
b.
konsep diri,
c.
fungsi peran dan
d.
interdependensi
Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang
berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang
stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa
dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu
subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan
sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi.
2.3 Manusia Sebagai Holistik
Manusia sebagai
makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur
biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai
makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat
terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap
aspek atau unsur yang lain.
Manusia sebagai makhluk biologis karena manusia
terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan
hidupnya, mulai dari lahir, tumbyh kembang hingga meninggal.
Manusia sebagai makhluk psikologis karena manusia
mempunyai struktur kepribadian yang unik, tingkahlaku yang merupakan
manifestasi dari kejiwaan dan memiliki kecerdasan serta daya pikir.
Manusia sebagai Makluk sosial, karena manusia
perlu hidup bersama dengan orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi oleh kebudayaan, terikat oleh
norma yang berlaku dimasyaraka, dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan
social serta tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain
Manusia sebagai makhluk Spritual karena manusia memiliki
keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan, pandangan hidup, dan dorongan sejalan
dengan keyakinan yang dipegangnya.
Manusia sebagai makhluk cultural karena manusia
mempunyai nilai dan kebudayaan yang membentuk jatidirinya, sebagai pembeda dan
pembatas dalam hidup social dan kultur dalam diri manusia bisa diubah dan
berubah tergantung lingkungan manusia hidup.
2.4
Perbedaan pengertian sehat dan sakit menurut para ahli
2.4.1
Pengertian Sehat
Sehat merupakan
sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Berikut ini
beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A. Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik,
jasmani, mental, dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari
penyakit cacat dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.
Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2.
Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3.
Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif
B. Sehat menurut UU
No.23/1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
C. Sehat menurut
Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan
keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan
penyesuaian sehungga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
D. Sehat menurut Zaidin Ali
(1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara
status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual
yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif.
E. Sehat menurut Pender
(1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang
diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain,
perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
structural.
2.4.2
Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.
Berikut beberapa definisi sakit menurut para ahli
1.
Sakit menurut Parson (1972)
Sakit
adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian
sosialnya.
2. Sakit menurut
Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan apakah mereka sakit :
a. Adanya gejala : naiknya
temperatur, nyeri
b. Persepsi tentang bagaimana
mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c. Kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3. Sakit menurut
Perkin’s
Sakit adalah sautu keadaan yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
4. Sakit menurut
Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh
melemah.
5. Sakit menurut
Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu
keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial,
dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan
kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.
2.5 Rentang
Sehat Sakit
Status kesehatan seseoorang terletak antara dua
kutub, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak
kearah kematian maka kita berada dalam area sakit (Illness area), dan
apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada
dalam area sehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis
dan berubah setiap saat.
Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam
keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai
meinggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya
pencegahan primer (primary prevention), yaitu perlindungan kesehatan (Health
protection) dan perlindungan khusus (Specific protection) agar
terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka
dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu dengan diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan rehabilitasi
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai
tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik
tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.
2.6 Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang
sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan, sosial kultural,
pengalaman masa lalu, harapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan,
dan pelayanan.
- Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan.
- Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
- Pengalaman masa lalU
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa
lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam
status kesehatan selanjutnya.
- Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat menghasilkan
status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun secara
psikologis.
- Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang
mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
- Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta
rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi
perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
- Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem
pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
2.7 Faktor yang
Mempengaruhi Sehat
Yang dimaksud dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik
yang bersifat menunjang ataupun yang berisfat menghambat terhadap keadaan
sehat-sakit.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan individu yaitu:
A. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar
sekali. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi
oleh lingkungan. Demikian penting dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap
kesehatan.
B. Faktor Sosial Budaya
Fakrot sosial budaya merupakan faktor kedua
yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini
adalah :
1. Tingkah laku,
kebisaaan, adat istiadat
2. Kepercayaan,
pandangan hidup, nilai-nilai
3. Sosial ekonomi
tarap hidup dan penghasilan
4. Demigrafi,
kepadatan penduduk
5. Pendidikan
C. Fasilitas kesehatan
Yang
termasuk ke dalam faktor ini adalah
1. Lokasi, tempat
pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat atau tidak
2.
Usaha informasi dan motivasi
3. Program :
apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.
D. Keturunan
Yang
termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1.
Genetik
2.
Struktur tubuh
Keempat
faktor di atas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat
memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi.
2.8 Penyebab Penyakit
Istilah
medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya
kapasitas.
Sumber
penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidak bersih/tidak sehat. Makanan yang dimakan tiap hari
akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding usus. Tumpukan sisa makanan
mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun).
Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke dalam sistem peredaran
darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit bisa
timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1.
Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah
penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya penyakit yang spesifik
tidak akan timbul.
Kelompok agent
bisa berupa :
a.
Elemen gizi
1)
Jodium
2)
Kekurangan/kelebihan viatamin-vitamin/mineral
b.
Kimia eksogen
Zat kimia yang
berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan lain-lain
c.
Kimia endogen
Zat-zat kimia
yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium, billirbin,
hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.
2. Lingkungan
Yang termasuk
ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis, dan
sosial ekonomi.
a.
Faktor fisik misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b.
Faktor biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk,
kecoa) dan binatang berbisa.
c. Sosial
ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan kepadatan
penduduk.
2.9 Jenis
Penyakit / Kronis
Jenis penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang
disebabkan dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti
kegagalan fungsi organ tubuh, bakteri, kuman, racun, jamur, virus atau keturunan.
Mengetahui berbagai jenis
penyakit sangat penting bagi kita
agar dapat mencegah timbulnya penyakit atau dapat segera mengantisipasi ketika
melihat gejala-gejala atau pun menderita penyakit tertentu. Selain itu,
sebaiknya, kita pun mengenal sebab-sebab timbulnya penyakit dan juga
gejala-gejala yang tampak saat terjangkit suatu penyakit.
Jenis penyakit yang terjangkit dalam tubuh manusia dalam kurun waktu yang
sangat lama bahkan dapat mengakibatkan kematian, diantaranya:
- AIDS
- Kanker
- Jantung
2.10 Perilaku
Sakit (Sick Role Behaviour)
Perilaku sakit
mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan mendefinisikan,
menginterpretasikan gangguan serta mencari pengobatan yang tepat. Sedangkan
perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang untuk mencegah
atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.
Gangguan dapat
diinterpretasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga mempengaruhi
keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan
kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras atau gejala flu pada cuaca
mendung; atau penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit kronis.
Interpretasi berbeda akan menyebabkan tindakan pengobatan yang berbeda.
Perilaku sakit merupakan fungsi dari pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu,
proses informasi dan proses kognitif.
Menurut
Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai
orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit,
dikecualikan dari tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit
dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala)
1.
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2.
Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum
menduga adanya diagnosa tertentu.
3.
Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi:
(a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)
(b) evaluasi terhadap
perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu
gejala penyakit
(c) respon emosional.
4. Jika gejala itu dianggap
merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan
segera mencari pertolongan.
B.Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
1. Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2. Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat
atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus
diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3. Menimbulkan
perubahan emosional
4. Seseorang
awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia
menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu
menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem
pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.
C.Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
1. Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang
ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita
suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3. Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang
telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan
kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai
dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah
ditetapkan.
4. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan
5. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan
bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang
didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai
usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
D. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
1. Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala
yang ada.
2. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai
tuntutan dan stress hidupnya.
3. Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4. Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.
E. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1. Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara
tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
2. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan
lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnyperubahan-perubahan
perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang
efektif
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit
A. Faktor Internal
1. Persepsi individu terhadap
gejala dan sifat sakit yang dialami klien akan segera mencari pertolongan jika
gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang
Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya.
Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan
cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2. Asal atau Jenis penyakit
Pada
penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu
fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari
pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit
kronik bisaany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu
fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat
disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang
ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada.
B. Faktor
Eksternal
1.
Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala
yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku
Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan
lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang
dialaminya.
2. Kelompok Sosial
Kelompok
sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal
potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny.
A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda
telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.
Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu
dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah
benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3. Latar
Belakang Budaya
Latar
belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal
penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar
belakang budaya yang dimiliki klien.
4.
Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5. Kemudahan Akses
Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya
jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian
pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka
lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang
rumit.
6. Dukungan Sosial
Dukungan
sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan,
seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan
(aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti,
kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.
2.12
Dampak Hospitalisasi pada Klien dan Keluarga
Tahun 1959,
Russel Berton menulis buku tntang hospitalisasi. Dalam pengertian hospitalisasi
diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang
bersangkutan dirawat di sebuh institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi
merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi
dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1.
Lingkungan yang asing
2.
Berpisah dengan orang yang berarti
3.
Kurang informasi
4.
Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan
rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6.
Prilaku petugas Rumah Sakit.
Perubahan yang
terjadi akibat hospitalisai adalah :
1. Perubahan
konsep diri
Akibat
penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga
diri dan identitasnya
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
5. Takut dan
Ansietas
Perasaan
takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan
perpisahan
Kehilangan
dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan
jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan
dan terasing dari orang yang dicintai.
2.13
Peran Perawat terhadap Sehat Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana
setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Berikut
pendapat tentang peran perawat :
A. Peran
Perawat (CHS 1989)
Peran adalah tingkah laku
yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah
perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Pembela pasien
3. Pendidik tenaga keperawatan masyarakat
4.
Koordinator dalam pelayanan masyarakat
5. Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6. Konsultan atau penasihat pada tenaga kerja dan klien
B. Peran perawat (Lokakarya Nasonal 1983)
1. Pelaksanaan pelayanan
keperawatan
2. Pengelola pelayanan
keperawatan dan institusi pendidikan
3. Pendidik dalam keperawatan
4. Peneliti dan pengembang keperawatan
C.
Peran Perawat Menurut para Sosiolog
1.
Peran terapeutik :
kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit
2.
Expressive atau mother
substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan
lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan
didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk
menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan
lain-lain)
D. Peran perawat menurut Schulman
Schulman berpendapat bahwa hubungan perawat dan pasien sama dengan hubungan
ibu dan anak antara lain :
1.
Hubungan interpersonal
disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang.
2.
Melindungi dari ancaman
bahaya
3.
Memberi rasa aman dan
nyaman.
4.
Memberi dorongan untuk
mandiri
Selain itu peran yang dijalani seseorang juga bergantung pada status
kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang
dijalani individu. Tidak mengherankan jika klien di rumah sakit mengalami
perubahan peran. Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya
berpengaruh pada individu, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara
lain :
a. Perubahan Peran
Jika salah seorang anggota
keluarga sakit Akan terjadi perubahan peran dalam keluarga. Sebagai contoh jika
yang sakit adalah ayah, peran sebagai kepala keluarga akan dijalankan oleh ibu.
Tentunya perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu,
sesuai dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan
terpengaruh oleh hospitalisasi keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk keperluan klien dirawat.
Akibatnya, keluarga mulai mengalami masalah keuangan. Masalah keuangan ini
sangat riskan terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya
kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertamnbah.
c. Kesepian
Suasana rumah akan berubah
jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat. Keseharian keluarga yang
bisaanya dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan dan senda gurau anggotanya,
tiba-tiba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluargapun menjadi sepi karena
perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d. Perubahan Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluargapun mempunyai kebisaaan dalam
lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam
lingkungan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan
keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.
Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupaka
pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik. Tujuannya adalah untuk
mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan primer meliputi promosi
kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection)
Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain pendidikan
kesehatan, peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan
individu,konseling pernikahan dan p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan
khusus dilakukan melalui imunisasi higiene personal, sanitasi lingkungan,
perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi khusus
(misalnya nutrisi untuk ibu hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder
merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan
untuk mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit
pada tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit
atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan
sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti
menemukan kasus, survei penampisan, pemeriksaan selektif.
3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri
atas upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien
yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini
antara lain dilakukan melalui upaya pembatasan ketidakmampuan (dissability
limitation) dan rehabilitasi. Untuk pembatasan ketidakmampuan, langkah yang
bisaa diambil adalah pelatihan tentang cara perawatan diri dan penyediaan
fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang dilakukan antara lain pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan
klien sesuai dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Konsep manusia
dibagi menjadi tiga, yaitu manusia sebagai system,adaptif, dan mahkluk
holistic. Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari
beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu totalitas; yakni sistem adaptif,
sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem social. Adaptasi adalah
proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon
terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas
atau keutuhan. Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia
makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau
sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat
unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan
ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak
hanya untuk terbebas dari penyakit tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan
manusia. Selain itu juga selain ada sehat terdapat juga sakit. Sakit secara
umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya proses penyakit tetapi
dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan seseorang terganggu.
Untuk memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang sehat sakit.
Sehat juga
dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang dipengaruhi oleh
beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada penyakit
yang bersarang di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit.
Biasanya penyakit di timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
3.2
SARAN
Setelah kita
membaca kutipan di atas, kami sebagai penulis makalah ini, kami memberi saran
kepada seluruh khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi kita. Sehat merupakan
sesuatu yang sangat mahal bagi kita, jika kita tidak menjaga kesehatan kita,
maka kita akan terserang penyakit.
Selain itu juga, kami memberi saran kepada para
medis untuk tetap memperhatikan kesehatan masyarakat supaya Negara kita
terhindar dari berbagai macam penyakit. Kami juga berharap dari pihak medis
memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai kesehatan.