KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
yang berjudul “INFERTILITAS” , dengan lancar
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah
ini ditulis guna pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana yang pada umumnya digunakan sebagai tolak ukur pemahaman tentang Infertilitas.
Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penulisan makalah ini :
1.
Dwi Yuliawati, SST selaku dosen mata kuliah Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana yang telah memberikan bimbingan dan juga
pengarahan kepada kami,
2.
Rekan – rekan Tingkat 2A D - 3 Kebidanan yang
telah ikut berperan aktif dalam penyelesaian makalah.
Ibarat
gading tak ada yang tak retak, kritik dan saran selalu kami harapkan demi
perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kediri, 11 November 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.............................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................................
iii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................
1
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infertilitas.........................................................................................................
3
B. Faktor Penyebab Infertilitas...............................................................................................
4
C. Penyakit Penyebab Infertilitas...........................................................................................
7
D. Penatalaksanaan Infertilitas ...............................................................................................
8
E. Pencegahan
Infertilitas.......................................................................................................
9
BAB III.
PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................................
10
B. SARAN............................................................................................................................
10
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan
hasil sensus penduduk tahun 2000 pasangan suami istri di Indonesia sekitar 12%
atau sekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan baru sekitar 50% dari
pasangan tersebut yang berhasil ditolong untuk menangani masalah infertil dan
selebihnya harus mengadopsi atau hidup tanpa seorang anak.
Infertilitas
merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun
sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan
infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di
salah artikan sebagai ketidak mampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidak mampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui
penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii
(saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang
tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas
pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena
gangguan proses ovulasi.
Infertilitas masih menjadi masalah
sebagian pasangan suami istri, hal ini dikarenakan kemungkinan untuk
mendapatkan seorang anak masih kecil. Di Indonesia masih langka sekali dokter
yang berminat dalam ilmu infertilitas. Faktor kurangnya pengetahuan tentang
kesuburan dan infertil juga menjadi faktor penyebab masih tingginya angka
infertilitas. Selain itu, faktor-faktor seperti kesehatan lingkungan, gizi, dan
status ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi.Oleh karena itulah kami
mengangkat tema kesehatan reproduksi dengan judul infertilitas dalam judul
makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan infertilitas ?
2.
Faktor apa
saja yang menyebabkan infertilitas ?
3.
Penyakit apa
saja yang menyebabkan terjadinya infertilitas?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan infertilitas ?
5.
Bagaimana
pencegahan infertilitas ?
C. TUJUAN
1. Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai infertilitas.
2. Memahami yang dimaksud dengan
infertilitas.
3. Memahami faktor – faktor yang menyebabkan
infertilitas.
4. Mengetahui penyakit yang bisa
menyebabkan infertilitas.
5. Memahami penatalaksanaan
infertilitas.
6. Memahami pencegahan infertilitas.
\
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFERTILITAS
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi
di mana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tanpa menggunakanalat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Secara medis
infertilitas di bagi atas 2 yaitu :
1. Infertilitas primer berarti pasangan
suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti
pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak
2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun.
Sebanyak
60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun pertama
pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia
pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008).
Walaupun
pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya
seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama
tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:
(1) suami memiliki sistem dan fungsi
reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelami
pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri.
(2) istri memiliki sistem dan fungsi
reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur
atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat
menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan
dilahirkan. Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut
tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu
memiliki anak.
Berdasarkan
hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan
suami-istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Djuwantono,2008)
:
1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk
memiliki anak
2. Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya
4. Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat
lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang
paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas antara lain
(Permadi,2008)
1. Ketepatan diagnosis penyebab
infertilitas
2. Kondisi penyakit yang menjadi
penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat
B. FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
infertilitas, antara lain:
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita
berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di
saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama
kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan
lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun
fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada
umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita
memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause,
wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.
Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35
tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan
hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas
sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita
tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel
telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari
ke-2 atau ke-3.
2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik
fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas
datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon
kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem,
bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan
(misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol)
dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh.
5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari
segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada
masa subur.
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau
onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah
dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu
sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh
hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali
seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya
penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu
sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis
tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi
pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi
bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima
sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu
pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
8. Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa
supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan
itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal
yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme.
Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14
hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur
kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48
jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan terbanyak pada organ
reproduksi wanita penyebab infertilitas adalah
endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang
kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat
(bisa satu atau dua yang tersumbat.) Gangguan pada wanita yang mungkin
terjadi diantaranya :
Ø Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian adalah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia,
sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
Ø Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan
vertilitas adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan
seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma,
peradangan dan sineksia.
Ø Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di
uterus adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip,
peradangan endometrium, dan gangguan kontraksiuterus.
10. Kondisi Reproduksi Pria
Sperma berasal dari kata
spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma
mirip kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa
cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran
semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan
cairan ejakulat.Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu
dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma
dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam kehamilan. Gangguan yang
terjadi pada pria diantaranya :
ü Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu
hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH.Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi
sperma dapat terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi hormon.
ü Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma
pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas testis
tidak berkemban dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu.
ü Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma
tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya
buntu.Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit
-seperti tuberkulosis (Tb)
C. PENYAKIT PENYEBAB INFERTILITAS
1. Endometriosis
Endometriosis
adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam
rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium)
yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit endometriosis adalah
nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan
intim, serta tentu saja infertilitas.
2. Infeksi Panggul
Infeksi
panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke
bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,
misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri
adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan
infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan
endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau
sembuh.
4. Polip
Polip adalah
suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan olehmioma
uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim.Polip dapat menjulur
keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5. Saluran
Telur yang Tersumbat
Saluran
telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk
melihat rahim dan saluran telur.
6. Sel Telur
Kelainan
pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh
persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan
ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara
3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka
sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
D. PENATALAKSANAAN INFERTILITAS
1. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki
gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak
jaringan testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
4. Tindakan pembedahan/operasi
Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah
dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel)
tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan
pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan,
dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan
suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya
berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan
jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan
keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.
6.
Tindakan
operasi pada penyumbatan di saluran sperma.
Bila
sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan
koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya
produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan obat-obatan yang diduga
menyebabkan gangguan sperma.
8. Menjalani teknik reproduksi bantuan.
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan
program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah
sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria
dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba
inseminasi buatan.
E. PENCEGAHAN INFERTILITAS
a. Berbagai
macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate,
buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut
harus ditangani serius (Steven RB,1985).
b. Beberapa
zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok
terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
c. Alcohol
dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone
yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
d. Berperilaku
sehat (Dewhurst,1997).
e. Hindari obat
yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infertilitas
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3kali dalam seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil apabila memenuhi
syarat:
Ø Pasangan suami istri berkeinginan
untuk memiliki anak.
Ø Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapat kehamilan.
Ø Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya.
Ø Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat
lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
B. SARAN
o Kepada para pasangan usia subur
hendaknya memeriksakan secara rutin alat reproduksinya agar jika terjadi
masalah dapat dideteksi dengan cepat.
o Kepada tenaga kesehatan hendaknya
mampu memberikan konselin tentang kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia
subur (PUS).
DAFTAR PUSTAKA
Djuwantoro,Tono.dkk.2008.Hanya
7 hari Memahami Infertilitas.Bandung: Refika Aditama
Ginekologi , hal 226-233. Fakultas Kedokteran UNPAD.
Wiknjosastro,Hanifa.2008.Ilmu
Kandungan.Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Herlianto, Harijati.
1971. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.Jakarta: PT Lembaga
Demografi UI.
Permadi, 2008. Mengatasi
Infertilitas. Bandung: PT Grafindo
Yatim, Wildan.
1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito
Vitahealth.
2008. Infertil: Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya.
Jakarta: Gramedia.