BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat
lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan
suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 g.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
- Apa yang dimaksud dengan abortus?
- Ada berapa macam abortus?
- Bagaimana penatalaksanaan abortus?
C.
Tujuan
- Untuk mengetahu apa yang dimaksud dengan abortus
- Untuk mengetahui macam-macam abortus
- Untuk mengetahu bagaimana penatalaksanaan abortus
BAB II
TINJAUAN
TEORI
ABORTUS
A. Definisi
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada
tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan),
akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 g atau usia keh Abortus adalah keadaan terputusnya
suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus, belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1.000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Eastman)
Abortus
adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu
fetus belum viable by law. (Jeffcoat)
Abortus
adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dimana proses plasentasi
belum selesai. (Holmer) (Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 209)
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. (Obstetri Patologi, Hal : 7)
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada kehamilan
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, hal : 145)
B. Etiologi
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.
Kelaianan pertumbuhan hasil
konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a.
Kelainan kromosom, terutama trisomi
autosom dan monosomi X
b.
Lingkungan sekitar tempat implantasi
kurang sempurna
c.
Pengaruh teratogen akibat radiasi,
virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2.
Kelainan pada plasenta, misalnya
endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.
Faktor maternal, seperti pneumonia,
tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4.
Kelainan traktus genetalia seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri
dan kelainan bawaan uterus.
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi
kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
D. Manifetasi
Klinis
1.
Terlambat haid atau amenore kurang
dari 20 minggu.
2.
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan
umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.
Perdarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.
Rasa mulas atau keram perut di
daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.
Pemeriksaan ginekologi :
a.
Inspeksi vulva : perdarahan
pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari
vulva
b.
Inspekulo : perdarahan dari kavum
uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari
ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c.
Colok vagina : porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak
nyeri.
E. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Tes kehamilan : positif bila janin
masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2.
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup
3.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah
pada missed abortion.
F. Komplikasi
- Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
- Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
G. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 bagian :
- Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan
tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah.
- Abortus Provakotus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini lalu dibagi lagi
menjadi :
a.
Abortus medisinalis (abortus theraupetica)
Adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis), biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3
tim dokter ahli.
b.
Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.
H.
Jenis-Jenis Abortus
- Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
- Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
- Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
- Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
- Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu.
- Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturu-turut 3 kali atau lebih
- Abortus infeksiosus dan abortus septik :
Abortus infeksiosus adalah keguguran
yang disertai infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum, hal ini sering ditemukan pada abortus
inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan
syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat
terjadi perforasi rahim
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
- Abortus Iminens
Abortus imminens adalah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks
masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai
kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu
singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan
ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan
janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung
janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin
sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan /
tindakan.
Penatalaksanaan
a.
Istirahat baring agar
aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b.
Periksa denyut nadi dan
suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila
pasien panas
c.
Tes kehamilan dapat
dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
d.
Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 – 1.000 mg
e.
Diet tinggi protein dan
tambahan vitamin C
f.
Bersihkan vulva minimal
dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.
- Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
berada di dalam uterus. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin
sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
a.
Bila perdarahan tidak
banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin
b.
Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan
uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c.
Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai
8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus
komplit.
d.
Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
- Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus.Ciri : perdarahan yang banyak, disertai
kontraksi, serviks terbuka sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
a.
Bila disertai syok
karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah
b.
Setelah syok diatasi,
lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskular
c.
Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d.
Berikan antibiotik untuk
mencegah infeksi
- Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah terjadinya
pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis komplet ditegakkan bila
jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
b.
Bila pasien anemia, berikan
hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c.
Berikan antibiotik untuk
mencegah infeksi
d.
Anjurkan pasien diet
tinggi protein, vitamin dan mineral.
- Missed Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan
konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa
buku : 8 minggu ). Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
a.
Bila kadar fibrinogen
normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam .
b.
Bila kadar finrinogen
rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
c.
Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam
lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d.
Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU
dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis
sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8
jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.
e.
Bila fundus uteri sampai
2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20%
dalam kavum uteri melalui dinding perut.
- Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang
terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah
kematian ibu. Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit.
a.
Penanggulangan infeksi :
1)
Obat pilihan pertama : penisilin
prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr
peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
2)
Obat pilihan kedua :
ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000
mg tiap 6 jam
3)
Obat pilihan lainnya :
ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan
gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b.
Tingkatkan asupan cairan
c.
Bila perdarahan banyak ,
lakukan transfusi darah
d.
Dalam 24 jam sampai 48
jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
- Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari
12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan
itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat
juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat. Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama
dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.
Di rumah sakit :
a.
Rawat pasien di ruangan
khusus untuk kasus infeksi
b.
Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20
juta IU dan streptomisin 2g
c.
Infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
d.
Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah ,
denyut nadi dan suhu bada
e.
Oksigenasi bila
diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f.
Pasang kateter Folley
untuk memantau produksi urin
g.
Pemeriksaan laboratorium
: darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas
darah, kultur darah, dan tes resistensi.
h.
Apabila kondisi pasien
sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
i.
Abortus septik dapat
mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi
atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun
dan sesak nafas.
I. Diagnostik
1.
Anamnesis : perdarahan,
haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor
risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2.
Prinsip : wanita usia
reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal harus selalu dipertimbangkan
kemungkinan adanya kehamilan.
3.
Pemeriksaan fisis umum :
keadaan umum, tanda vital, sistematik. Jika keadaan umum buruk lakukan
resusitasi dan stabilisasi segera.
4.
Pemeriksaan ginekologi :
ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan :
apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir
keluar dari ostium.
5.
Jika diperlukan, ambil
darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan sebelum
pemeriksaan vaginal touche)
6.
Pemeriksaan vaginal
touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan mudah /
lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
J. Teknik pengeluaran sisa abortus
Pengeluaran jaringan pada abortus :
setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi
dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1.
Sondage, menentukan
posisi dan ukuran uterus.
2.
Masukkan tang abortus
sepanjang besar uterus, buka dan putar 90° untuk melepaskan jaringan, kemudian
tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3.
Sisa abortus dikeluarkan
dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
4.
Pastikan sisa konsepsi
telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret .
K. Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya
abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang
kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang
menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit imunologi sistemik dan
sebagainya).
5. Berbagai macam infeksi (variola,
CMV, toxoplasma, dan sebagainya)
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi,
dan sebagainya)
7. Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. Kelainan kromosom (trisomi /
monosomi)Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering
dan paling
jelas berhubungan dengan terjadinya
abortus.
L. Penatalaksanaan pasca abortus
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi
uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian. Pasien dianjurkan jangan hamil dulu
selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau
pil).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abortus
adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu
fetus belum viable by law. (Jeffcoat)
Abortus
adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dimana proses plasentasi belum
selesai. (Holmer) (Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 209)
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. (Obstetri Patologi, Hal : 7)
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada kehamilan
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab
abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil)
B.
Saran:
Dari pembahasan materi diatas diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan mengetahui tentang ABORTUS.Apabila ada kekurangan
dari pembahasan materi diatas,penulis megharapkan kritik dan saran dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu
Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran,
Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika
PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991,
Yayasan Pustaka.
Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional,
2002 Yayasan Pustaka
Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan
Ginekologi Plus buat ko-as FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar